BACA JUGA:Debit Air Cimanuk Meningkat, Sejumlah Forkopimcam Siaga
Selainitu, membaca menggunakan buku fisik menstimulasi banyak area otak yang berpengaruh pada emosi dan spasial. Memang dari kelebihan masing-masing media baca cetak dan digital, keduanya memiliki tantangan tersendiri dalam pengimplementasiannya.
Pertama, tantangan media cetak yaitu dalam membaca buku fisik akan memberatkan pembaca jika membawa ke mana pun lebih dari satu topik.
Betul, tentunya ini terasa lebih sulit karena membawa beberapa buku ke mana pun akan sedikit lebih berat. Kedua, berbicara tentang media digital. Ini pun tak dipungkiri tantangannya. Dalam membaca menggunakan gawai atau media digital konsentrasi anak akan mudah terganggu dan mempengaruhi kemampuan membaca secara baik dan benar (Wiwit, 2023).
Salah satunya, saat membaca anak akan mudah tergoda untuk membaca acak atau bahkan menonton video dibandingkan membaca dengan fokus dan konsentrasi yang baik. Selain itu, anak-anak akan lebih tertarik pada sesuatu yang diproyeksikan menggunakan computer atau ponsel. Hal tersebut tidak salah, namun dalam jangka panjang kebiasaan membaca menggunakan proyektor atau digital diyakini akan berdampak buruk bagi kesehatan anak, terutama pada organ mata (Najibah, 2021).
BACA JUGA:Tanggul Jebol, Banjir Rendam Sawah
Lantas, bagaimana menyikapi hal ini? Pastinya akan ada beberapa perspektif dari masing-masing individu. Tinggal mana media yang memang membuat nyaman anak, pendidik, atau orang tua dalam beradaptasi dan mengambil peluang serta tantangan dalam memfasilitasi kebiasaan dini dalam berliterasi.
Satu lagi sebagai penutup, keseimbangan antara pengenalan media bacaan cetak dan digital juga dibutuhkan dalam pertumbuhan literasi anak. Banyak orang yang lebih senang membaca buku digital karena kepraktisannya, di sisi lain hal tersebut akan menggerus eksistensi buku cetak.
Jadi mana yang akan kita pilih? Atau menyeimbangkan keduanya? Selamat membaca dan membersamai anak dalam pertumbuhan literasi. (*)
Penulis adalah Mahasiswa S3 IPB Universitas Negeri Semarang dan Dosen IKIP Siliwangi