Rentetan sosialnya, syak wasangka di ruang politik, kemudian bisa berimplikasi pada berlangsungnya character assassination di satu sisi, sementara sisi lainnya, memfasilitasi lahirnya pahlawan dadakan.
Buruknya lagi, syak wasangka punya daya retas yang dahsyat. Ia mudah menyebar dan diyakini. Sampai sampai orang orang yang menciptakan prasangka pun yakin kalau prasangka imaginernya adalah kebenaran obyektif...
Pada skala skala kecil, syak wasangka adalah bumbu sosial yang biasa dan bisa dilakukan oleh orang orang biasa. Tapi urusan bisa menjadi tidak biasa jika yang berprasangka itu bukan kumpulan orang orang biasa.
Apalagi jika prasangka itu berkait dengan wilayah atau ruang sensitif. Tidak aneh jika banyak sekali musibah besar yang terjadi hanya lantaran syak wasangka dibiarkan merajalela.
BACA JUGA:Kolaborasi Kelola Pusat Informasi Sahabat Anak
Sekadar contoh saja, perang saudara antara suku Hutu dan Tutsi di Rwanda yang menggasak lebih dari 20 persen nyawa warga negaranya berawal dari syak wasangka. Alhasil, tidak berlebihan jika syak wasangka dijuluki bola liar yang sadis.
Tulisan ini hanya sekedar mengajak kita semua untuk sama sama meningkatkan kepekaan terhadap efek bola salju dari syak wasangka.
Apalagi ini habis pemilu, habis hajat besar yang didalamnya ada kontestasi besar.
Semua harus sadar diri. Yang menang jangan sampai lupa diri, mabuk kemenangan, sehingga memancing syak wasangka. Dan yang kalah jangan sampai larut dalam jeratan syak wasangka sehingga tanpa sadar mengalirkan segala pikiran jernihnya ke arus syak wasangka.
BACA JUGA:Awasi Kualitas Bangunan Sekolah
Tanda tanda ke arah sana sudah lumayan kentara. Yang saya risaukan, jangan sampai sehabis pilpres dan pileg, kita justru disandera oleh syak wasangka di sana sini. (*)
*Pengurus PKK Desa Wanantara Indramayu