Padahal perjalanan masih jauh, tapi sudah tercerai berai. Sebab rute resminya 84 km menuju Boh Tea Centre di Sungei Palas, di kawasan Brinchang, Cameron Highlands. Memang setelah belokan di Simpang Pulai itu, jalan mulai halus menanjak. Bermula dari halus turun, lalu makin berat menanjak. Kemudian, makin cepat turun, dan terus menerus seperti itu dengan kecenderungan naik.
BACA JUGA:New York Terpilih untuk Gelar Laga Final Piala Dunia 2026
Pada km 15, terdapat ramp atau bagian yang kemiringannya mencapai 9 persen. Di situlah pleton benar-benar cerai-berai, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kelompok cepat mulai memisahkan diri, diprovokasi oleh attack dari Asril Kurniadi Adenan, pembalap terkenal asal Malang, Jawa Timur. Di belakangnya, mulai terbentuk kelompok-kelompok kecil. Termasuk yang tercecer sendiri-sendiri.
Di sepanjang jalan hingga 10 km sebelum finish, praktis tidak ada warung. Apalagi minimarket. Peserta harus mengandalkan mobil support air minum yang stand by di km 33 dan 56.
Bahkan ada yang kehabisan air, kemudian salah masuk. Disangkanya toko serba ada yang kemungkinan menjual air, ternyata bukan. Bangunan itu kata penjaganya adalah gudang buah.
BACA JUGA:Bantu Petani, Diskantan Beri Diskon Pupuk
Banyak pula yang salah kegirangan. Setelah jembatan ditambah terowongan panjang, ada penanda pembatas Negeri Perak dan Negeri Paham. Ditandai dengan tulisan “Selamat Datang di Cameron Higlands Pahang Darul Makmur”.
Dianggapnya pembatas itu merupakan finish. Atau setidaknya merupakan tanjakan paling tinggi. Ternyata semuanya salah. Tak jauh dari tempat itu, masih ada tanjakan yang lebih tinggi. Juga masih jauh dari finish.
Semua peserta -dalam grup atau sendirian- mempunyai cerita masing-masing di tempat itu. Ditambah di belokan menjebak ke arah Kampung Raja. Sebelum start, Azrul Ananda sudah mengingatkan terus-menerus. Setiap tahun selalu ada peserta yang bablas kelewatan belokan.
“Mungkin memang harus jadi tradisi ini, harus ada yang selalu kelewatan untuk belok,” ucap Presiden Persebaya Surabaya itu.
BACA JUGA:Caleg Pendatang Baru, Iwan Bule Berhasil Dongkrak Elektabilitas Partai Gerindra di Wilayah Jabar X
Tahun ini, walau sudah diingatkan, ada beberapa peserta tetap kebablasan dan tidak belok. Karena belokan itu memang di turunan. Sementara jalan yang lurus sangat halus dan lebih lebar. Bagi yang kebablasan harus putar balik. Juga harus mendapatkan sedikit tambahan ekstra tanjakkan.
Cuaca yang sangat terik, memberi tantangan ekstra pula. Temperatur terus di rata-rata 36 derajat celcius dan lembab. Walau di ketinggian, panasnya minta ampun. Memang ada hujan, tapi turun tidak merata. Bahkan tidak ada hujan yang menerpa peserta. Ini membuat beberapa peserta sempat melihat pemandangan pelangi yang indah.
“Abah Asril,” begitu pembalap senior ini disapa, finis paling awal sekitar pukul 11.51 di Boh Tea. Kemudian diikuti M Rifqi Febrianto dan Elvan Richardo (Rico) pada pukul 12.18. Berikutnya adalah William dan Ivo Ananda pukul 12.25.
Total menanjak ketika sampai di Boh Tea Centre lebih dari 2.200 meter. Walau finish rute resmi di Boh Tea Centre, untuk ke penginapan peserta kembali harus mengayuh sepedanya. Sedikit menanjak lagi untuk kembali ke jalan utama, lalu turun ke Kota Tanah Rata.