Begitu pula cuaca sangat mendukung. Dari pagi hingga pukul 11.00 tampak mendung. Namun tidak turun hujan. Ketika pukul 11.00 siang memang sangat terik. Tapi setelah istirahat makan siang, kembali mendung lagi hingga sore.
Sebenarnya untuk apa gowes seharian dari gelap hingga gelap lagi dengan jarak yang lumayan jauh? Jika dipikir-pikir, pertanyaan itu ada benarnya. Bahkan ada guyonan yang sering dilontarkan oleh kawan-kawan KCC. “Pingin luru apa ira, luru gosong? Jika diartikan “ingin cari apa kamu, cari badan gosong?
Mau prestasi? Tak mungkin. Mau jadi atlit? Sudah telat. Mau cari sehat? Tak perlu jauh-jauh juga bisa sehat. Ingin lihat pemandangan? Juga tidak mungkin, karena sepanjang jalan hanya melihat jalan dan spedo meter. Intinya memang tidak masuk akal jauh seharian. Memang, saya sepakat, penghobi sepeda itu banyak yang irasional.
BACA JUGA:Kampanye Serentak Dimulai, Berlangsung 75 Hari
Hobinya tak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Gowes jauh tujuannya mencari sehat, tapi badan malah remuk redam. Beli sepeda yang relatif yang tidak murah, justru hanya untuk “menyiksa” diri sendiri. Bukan dibayar, tetapi justru mengeluarkan uang.
Walaupun irasional, tapi banyak yang fanatik dengan olahraga ini. Termasuk saya. Harus pagi-pagi gowes, ketika matahari belum terbit. Sering hampir saban hari. Rela menempuh berpuluh hingga ratusan km demi olahraga ini.
Apalagi bagi saya, lebih tidak masuk akal lagi. Usia yang sudah kepala 5, harus bergabung dengan anak-anak muda KCC. Yang sebagai besar usianya di bawah 40 tahun. Bahkan di antaranya berusia kurang dari 30 tahun.
Tapi, saya mengikuti prinsip “pembelaan” dari generasi tua. Muda itu bukan persoalan angka usia. Muda itu masalah visi dan semangat. Usia boleh tua, tapi semangat bisa “menipu” umur.
BACA JUGA:Kota Cirebon Disawer Bansos, Rp1,2 Triliun Bantuan Sosial untuk Tiga Daerah
Itulah mencintai hobi. Walaupun tak masuk akal dan “menyiksa” badan, tetapi tetap saja dijalani dengan sejuta “pembenaran”. Termasuk bersepeda 325 km “Luru Gosong” ala KCC. (*)