Oleh: Fitri Ainurizki SKep
LEZAT tapi mematikan. Itulah yang bisa menjadi perumpamaan makanan pedas dan cepat saji alias fast food.
Dunia kini menghadapi pandemi obesitas yang menempatkan orang pada risiko penyakit kronis seperti jantung, diabetes, dan kanker.
Saat ini, makanan pedas dan cepat saji sudah menjadi makanan favorit masyarakat, terutama gen Z.
Jenis makanan ini digambarkan dengan makanan tidak sehat, seperti tinggi kalori dari gula atau lemak, dan juga mungkin natrium, dengan sedikitnya serat makanan, protein, vitamin, mineral, serta nilai gizi penting lainnya.
BACA JUGA:Keputusan Komdis PSSI: Ballboy Disanksi Puluhan Juta
Hal ini juga disebut sebagai makanan High In Fat Salt And Sugar (HFSS). Makanan ini sudah jadi bagian kehidupan kita sehari-hari. Karena gaya hidup sekarang serba cepat.
Perusahaan makanan cepat saji membuat makan mereka menjadi lebih enak, mudah, dan terjangkau. Sehingga sebagian besar masyarakat, terutama Gen-Z berpindah ke makanan cepat saji.
Apalagi untuk orang yang memiliki waktu sangat padat, dan tidak sempat memasak makanan sehat sendiri di rumah.
Fast food banyak dijumpai contohnya burger, ayam goreng, pizza di restoran cepat saji, serta keripik, biskuit, es krim, minuman manis bersoda, boba, dan banyak lainnya.
BACA JUGA:Berikut Persyaratan Shin Tae Yong agar Kontrak Diperpanjang Lagi
Rasa lezat membuat antusiasme Gen-Z terhadap makanan siap saji dan makanan pedas cukup tinggi. Gen Z mayoritas memilih jenis makanan ini, karena makanan cepat saji sangat mudah ditemukan. Bahkan bisa dibeli melalui aplikasi pesan antar.
Sementara itu di Banyuwangi, makanan pedas memiliki banyak varian.
Makanan pedas yang viral seperti seblak pedas, mi kobong, bakso judes, dan masih banyak lagi. Salah satu alasan generasi muda suka makanan pedas, awalnya dari kebiasaan di rumah.
Selanjutnya, semua anggota keluarga pun suka makan pedas. Ada yang menyatakan, makanan pedas bisa menggugah selera makan, sehingga makan jadi lahap.