Sebagai negara di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi Megathrust dan banjir. Kesiapsiagaan menjadi hal yang sangat penting. Dampak dari bencana ini tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat dan karyawan, tetapi juga kelangsungan operasional Objek Vital Nasional (Obvitnas) seperti PLN Gandul.
Dalam upaya meningkatkan respons terhadap bencana, PLN Gandul bekerja sama dengan PT Nawakara Perkasa Nusantara dan Basarnas (Badan SAR Nasional) menggelar simulasi tanggap darurat. Pambudi Nurwidjaya, Rescuer Senior Basarnas menegaskan pentingnya pelatihan ini sebagai langkah mitigasi.
"Gempa bumi Megathrust adalah jenis gempa berskala besar yang membutuhkan tingkat kesiapan tinggi. Melalui simulasi ini, kami memastikan tim dapat merespons dengan cepat dan tidak panik saat menghadapi bencana. Simulasi juga memperkuat koordinasi dan efektivitas respons dalam situasi darurat," ujarnya, Rabu (18/12).
Senada dengan itu, Mario Tambun, staf K3L UIT JBB UPT PLN Gandul, menyampaikan bahwa simulasi penanganan bencan mesti dilakukan berbagai pihak. “Simulasi ini menjadi momen penting untuk menguji kesiapan kami. Meskipun kita berharap bencana tidak terjadi, simulasi ini membantu kami mempersiapkan diri lebih baik, terutama dalam hal percepatan respons dan koordinasi,” katanya.
BACA JUGA:Peserta Festival Atletik Bersaing Ketat
Pihaknya menyebut, ada empat strategi efektif untuk kesiapsiagaan bencana, termasuk gempa Megathrust. Pertama, tenang dan ikuti prosedur evakuasi. Saat gempa terjadi, berlindunglah di tempat yang aman, seperti di bawah meja atau pilar kokoh. Setelah guncangan reda, evakuasi dengan tenang menuju titik aman (Master Point). Floor Warden bertugas memastikan semua orang dievakuasi dengan aman.
Kedua, perkuat kemampuan pertolongan pertama. Latih tim First Aid untuk menangani korban luka menggunakan peralatan dasar, seperti tandu dan oksigen. Korban yang membutuhkan penanganan lebih lanjut harus segera dibawa ke fasilitas medis terdekat. Langkah ini penting untuk meminimalkan risiko cedera serius.
Ketiga, simulasi berkala. Latihan rutin membantu tim tanggap darurat merespons dengan cepat dan tepat. Dalam skenario banjir, latihan fokus pada evakuasi korban di area genangan dengan tekanan situasi darurat. M Nuruli Kholiq, Kepala Divisi Pelatihan Nawakara menjelaskan bahwa simulasi adalah langkah proaktif untuk mengurangi dampak bencana.
"Evakuasi korban, pengamanan aset, dan pertolongan kepada individu yang tidak bisa evakuasi sendiri adalah hal penting dalam simulasi ini. Kolaborasi antara PLN, Nawakara, dan Basarnas menunjukkan sinergi yang baik dalam menghadapi bencana," ujarnya.
BACA JUGA:Tidak Banyak Bicara
Keempat, evaluasi dan penyempurnaan prosedur. Evaluasi hasil simulasi dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan, seperti penyempurnaan sistem komunikasi darurat atau penambahan peralatan keselamatan. Langkah ini menjadi dasar peningkatan prosedur di masa depan. (jp)