Olly Sastra, Pejuang dari Cirebon yang Punya Jiwa Sosial Tinggi

Rabu 06 Nov 2024 - 20:02 WIB
Reporter : Amirul I
Editor : Amirul I

CIREBON- Olly Siti Soekini atau Olly Sastra dikenal gigih dan berani kala mengibarkan bendera merah putih di depan Kantor Djawa Hokokai pada 18 Agustus 1945. Selain itu, perjuangannya dalam memajukan pendidikan dan pemberdayaan perempuan juga menarik untuk disimak.

Olly Sastra merupakan pejuang wanita dari Cirebon. Di masa kemerdekaan Indonesa, ia merupakan Ketua Umum Angkatan Muda Tjirebon. Ketika pertama kali mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ia sangat bersemangat untuk menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera merah putih.

Sang saka merah putih pun sempat berkibar di Gedung Djawa Hoo Ko Kai di Jl Pekalipan 106 yang kini berubah menjadi pertokoan. Namun ternyata aksi itu dipergoki oleh tentara Jepang yang kemudian merebut dan berupaya membakar bendera merah putih berukuran 180×120 sentimeter tersebut.

Olly pun merebut lagi bendera merah putih yang hampir terbakar itu. Akan tetapi, tentara Jepang itu semakin beringas dan memukulinya. Kendati demikian, Ia tetap berusaha mengambil bendera berbahan satin itu sambil menyelamatkan diri.

BACA JUGA:Polisi Terus Dalami Pihak-pihak yang Terlibat Judol

Bendera merah putih yang menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Cirebon dalam melawan penjajah dijaga dengan baik. Termasuk foto-foto Olly Sastra saat berjumpa Bung Karno dalam beberapa kesempatan pada masa itu.

Menurut Esti Handayani, anak bungsu Olly Sastra, semua barang-barang peninggalan ibundanya yang penuh sejarah itu masih tersimpan dengan rapih di rumahnya yang berada di Jl Pagongan, Kota Cirebon. Menurut Esti, ibundanya diberi gelar Srikandi dari Cirebon sebab keberaniannya mempertaruhkan nyawa demi sang merah putih.

Selain dikenal gigih dan berani, menurut Esti, ibundanya juga juga dikenal sebagai pribadi yang supel. Mampu bergaul dengan kalangan manapun. Olly juga aktif di banyak organisasi. Mulai dari gerakan kepanduan hingga gerakan sosial.

Setelah masa penjajahan, kantor Djawa Hooko Kai yang merupakan markas tentara berubah menjadi Panti Pendidikan Anak-anak (PPA), yakni panti asuhan bagi anak-anak korban perang. Saat itu, Olly juga aktif menjadi pengasuh ratusan anak anak korban perang. Namun sayang, gedung itu kini sudah tak berbekas. digantikan oleh pertokoan.

BACA JUGA:Komunikasi Jangan Putus

Olly juga termasuk orang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Ia aktif dalam memerangi buta huruf di kalangan masyarakat. Ia juga mendirikan lembaga untuk mengasah ketrampilan tata boga dan tata rias di kalangan perempuan.

Ia juga ingin perempuan perempuan Cirebon bisa hidup mandiri serta berdaya. Ia yang pernah menempuh pendidikan di MULO ini menyalurkan ketrampilanya kepada perempuan. Atas kegigihanya dalam meningkatkan keterampilan perempuan, tahun 1979 ia mendapatkan penghargaan dari Ibu Tien. Istri Presiden Suharto. Momen itu juga diabadikan dalam sebuah foto yang masih tersimpan rapi.

Olly Sastra juga dikenal cukup dekat dengan Bung Karno. Banyak foto foto dirinya dengan sang proklamator dalam berbagai kesempatan. Tak hanya foto bersama, Olly juga sering berkirim surat dengan Bung Karno. 

Ada salah satu surat istimewa yang dikirimkan oleh Bung Karno. Dalam surat yang dilengkapi kop lembaga kepresidenan tersebut, Bung Karno memberikan nama untuk anak ke tujuh Olly Sastra.  “Anak ketudjuh dari sdr Soetopo dan sdr Olly Soekini saja beri nama Pandji Saptohadi. Djakarta 6 Djuni 1957. Soekarno,” demikian isi surat tersebut. 

BACA JUGA:Anggur Muscat Tetap Jadi Primadona

Tags :
Kategori :

Terkait