RADARCIREBON.BACAKORAN.CO - Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia sempat gencar beberapa tahun lalu. Namun, karena berbagai hambatan, SPBG perlahan ditinggalkan.
SPBG yang tersebar di berbagai daerah, terutama kota-kota besar, kini sepi aktivitas. Hampir tidak ada kendaraan yang mengisi bahan bakar gas (BBG) di sana.
Salah satu alasan minimnya minat terhadap BBG adalah keluhan pengendara terkait performa tenaga kendaraan yang dianggap kurang optimal saat dipacu.
Setelah lama "mati suri," pengembangan SPBG rencananya akan dihidupkan kembali di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pertimbangan utama adalah Indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah, yang dianggap sebagai potensi besar yang bisa dimanfaatkan.
Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Infrastruktur Migas, Anggawira, mencatat bahwa banyak SPBG di Indonesia saat ini terbengkalai dan tidak terawat. Padahal, pada masa sebelumnya, SPBG didorong untuk mendukung kendaraan umum berbahan bakar gas.
BACA JUGA:Harga Emas Kembali Melonjak Naik, Per Gramnya Bikin Geleng-Geleng
Kementerian ESDM, di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia, berencana mengoptimalkan kembali penggunaan SPBG untuk sektor transportasi. Penggunaan SPBG ini merupakan salah satu program prioritas yang diarahkan oleh Bahlil.
Namun, Anggawira menambahkan bahwa optimalisasi SPBG perlu disesuaikan dengan model bisnis yang lebih relevan dengan kondisi saat ini. "Mungkin dulu SPBG lebih difokuskan untuk transportasi umum," ujarnya.
Ke depan, SPBG diharapkan tidak hanya melayani transportasi umum, tetapi juga sektor lain seperti hotel, restoran, dan katering (Horeka). Pemerintah membuka peluang bagi swasta untuk berpartisipasi dalam pengembangan SPBG, guna memperluas pasar dan memperkuat ekosistem bisnis.
"Tingkat konsumsi dari sektor Horeka cukup signifikan, sehingga perlu ada kebijakan yang lebih fleksibel," tambah Anggawira.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, menyatakan bahwa gas bumi adalah sumber energi yang tepat untuk masa transisi energi, terutama karena Indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah.
Djoko mengungkapkan bahwa Indonesia pernah memaksimalkan penggunaan gas untuk transportasi dengan membangun 28 SPBG. Namun, seiring berjalannya waktu, permintaan terhadap kendaraan berbahan bakar gas menurun akibat kurangnya dukungan kebijakan.
"Dulu kita punya sekitar 28 SPBG, tapi permintaan berkurang karena kebijakan yang tidak mendukung," ungkapnya.
Menurut Djoko, kebijakan yang lebih tegas, seperti pembatasan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM), dapat membantu mendukung keberlanjutan gas sebagai bahan bakar transportasi umum. Ia juga mengingatkan bahwa pada suatu masa, seluruh armada Bus Transjakarta 100 persen menggunakan BBG.
Djoko menegaskan bahwa kebangkitan SPBG harus didukung dengan kebijakan yang tepat agar gas bumi dapat kembali menjadi alternatif utama energi transportasi di Indonesia.