“Di hulu, mulai dari air baku sampai transmisi, tidak ada masalah. PR kita tinggal revitalisasi dan penataan jaringan di dalam perkotaan. Hampir seluruh wilayah perkotaan sudah tua dan melampaui usia teknisnya,” jelas Opang, sapaan akrabnya.
Diakuinya, PR ketiga ini memang yang paling berat, termasuk dari sisi kebutuhan anggaran.
Tiga tahun lalu pihaknya melakukan inventarisasi, dan hasilnya, kerusakan jaringan perkotaan ini sudah sangat parah.
Saat itu, PAM-TGN pernah menghitung bahwa dibutuhkan sekitar Rp450 miliar untuk menutupi biaya revitalisasi 100 persen jaringan perkotaan di Kota Cirebon.
Tiga tahun berselang, tentu harga yang dihitung dulu mengalami kenaikan, dan disebutkan Opang bahwa jika dihitung dengan 10 persen per tahun, maka nilainya akan bertambah menjadi Rp570 miliar.
“Mohon arahan dari Bapak-Ibu Dewan tentang bagaimana kita merumuskan programnya. Sambil menunggu kemampuan perusahaan, kita perbaiki dulu, ada yang parah kita ganti sesuai skala prioritas,” imbuhnya. (azs/adv)