Sepertinya sebagian masyarakat lebih mendambakan ruang terbuka hijau di Kota Cirebon, yaitu ruang publik dengan konsep teduh yang dapat melindungi dari terik matahari khas wilayah pesisir.
“Kalau sekadar terbuka tapi gersang seperti ini (Alun-alun Kejaksan, red), lebih enak ngadem di mal (pusat perbelanjaan modern, red). Sama-sama bayar parkir,” kata Suhendra, yang ditemui di sekitar alun-alun ikon Kota Cirebon itu, Selasa (8/10).
Pria berusia 34 tahun itu menekankan pentingnya kenyamanan saat berkunjung.
Bahkan ketika sore hari saat cuaca relatif teduh, Suhendra merasa kurang tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut.
“Selain desain bersejarah dengan bata merah bertumpuk, mungkin ada tempat bermain anak. Sisanya, begitu-begitu saja. Tidak begitu tertarik untuk dikunjungi berkali-kali,” jelas pria asal Kabupaten Cirebon itu.
Mengenai hiburan, Pemkot Cirebon telah berupaya memusatkan kesenian Cirebon di Alun-alun Kejaksan setiap Sabtu malam.
Pada 28 September kemarin, misalnya, artis Pantura Nunung Alvi hadir sebagai bintang tamu dengan tajuk “Cerita Dalam Lagu Tarling Cirebonan.”
Sayangnya, tidak ada geliat serupa di waktu-waktu lain. Padahal, tontonan setiap malam minggu itu selalu menyita perhatian publik.
Warga Cirebon lainnya, Rahma, mengaku tidak pernah tertarik untuk mengunjungi atau mengeksplor Alun-alun Kejaksan.
“Paling ke (masjid, red) Attaqwa saja, salat. Kan (alun-alun, red) kelihatan dari Masjid Attaqwa. Karena tidak ada keperluan lain juga untuk mengunjungi alun-alun,” ungkapnya.
Komentar beragam juga muncul di media sosial Instagram tentang kondisi terkini Alun-alun Kejaksan.
Secara umum, warganet pesimistis terhadap pemeliharaan atau perawatan ruang terbuka yang menghubungkan Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi itu.