Pilar Pendidikan Moral

Senin 30 Sep 2024 - 19:16 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Subandi MHum*

PERSOALAN krisis moral yang dihadapi bangsa ini merupakan kegagalan dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa. 

Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, salah satu penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif, sehingga hanya tercipta generasi yang pintar, tetapi tidak memiliki karakter yang dibutuhkan bangsa. 

Peranan pendidikan yang paling urgen adalah Guru dalam mengembangkan pendidikan itu sangat penting ibarat sekeping mata uang, di satu sisi sebagai pendidik dan sisi lain sebagai pengajar.

BACA JUGA:Merdeka dari Kekerasan

Kedua peran itu dibedakan tetapi tidak pernah dipisahkan. Peran guru tidak sekedar sebagai pengajar yang bertugas hanya mencerdaskan siswa, namun guru harus mempunyai peranan sebagai pendidik untuk membentuk karakter seorang siswa dengan menanamkan nilai nilai karakter kepada siswa yang sesuai dengan budaya Indonesia.

Guru harus menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari siswa dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. 

Masyarakat sangat berharap para guru dapat menampilkan perilaku yang mencerminkan nilai nilai moral seperti nilai kejujuran, keadilan dan mematuhi kode etik professional agar siswa juga dapat mencontoh gurunya sehingga nilai-nilai Moral itu dapat terwujud dengan sendirinya dari proses melihat dari sikap dan perilaku gurunya.

Menurut Lickona, sekolah dan guru harus mendidik karaker, khusunya melalui pengajaran yang dapat mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab. Sebagaimana pendapat Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasanemosi (EQ) dan hanya 20 Persen ditentukan oleh otak.

BACA JUGA:Momen Peringatan Maulid Nabi, ASN Harus Tiru Perilaku Nabi Muhammad sebagai Contoh Teladan

Berdasarkan pendapat tersebut, seorang siswa yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya dan kalau tidak ditangani bisa terjerumus kepada tindakan tindakan yang berujung pada perbuatan amoral seperti mencuri, merampok atau melakukan tindakan tindakan kejahatan lainnya.

Justru siswa yang memiliki kecerdasaran emosi yang baik akan menjadi seorang yang berkarater sehingga akan terhindar dari masalah masalah umum yang dihadapi oleh siswa seperti kenalakan, tawuran, perbuatan anarkis dan lain sebagainya.

Konsep pendidikan di Indonesia berkultur dari konsep pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai Tut Wuri Handayani sebagai semboyan metode among merupakan contoh pendidikan yang dapat diterapkan masa kini.

Sistem among yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam taman siswa. Mengemong anak berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi guru akan bertindak, kalau perlu paksaan apabila keinginan anak membahayakan keselamatannya. 

BACA JUGA:Perguruan Tinggi Bisa Jadi Lokasi Kampanye, Ini Syarat dan Ketentuannya

Tags :
Kategori :

Terkait