Kawal Asuransi Petani yang Gagal Panen hinggaGencarkan Pompanisasi

TINJAU POMPANISASI: Pj Bupati Cirebon Drs H Wahyu Mijaya SH MSi bersama Kepala Dinas Pertanian Dr Alex Suheriyawan meninjau program pompanisasi area pertanian di Kelurahan Pejambon, kemarin.-SAMSUL HUDA-RADAR CIREBON

Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat sekitar 7.000 hektare lahan pertanian rawan kekeringan. Para petani pun khawatir akan penurunan hasil panen. Meski demikian, kekeringan lahan pertanian di semester pertama masih aman.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Dr Alex Suheriawan menjelaskan, berdasarkan data tahun lalu, sekitar 7.000 hektare lahan sawah di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan setiap tahunnya. 

Namun, data terbaru di semester pertama tahun 2024 belum ada. “Data tahun ini belum ada, namun saat ini kami masih bisa mengatasi kekeringan dengan pompanisasi,” ujar Alex, usai meninjau proyek pompanisasi di Kelurahan Pejambon Kecamatan Sumber, Selasa (30/7).

Alex mengungkapkan, beberapa titik yang mulai mengalami kesulitan air tahun ini di antaranya adalah Karangsembung dan Karangwareng. “Di sana sumber airnya tidak ada, namun kami masih coba antisipasi dengan program pompanisasi ini,” katanya.

Berdasarkan data tahun lalu, lanjut Alex, kekeringan tersebut tersebar di sekitar 7 hingga 8 kecamatan, terutama di wilayah timur seperti Karangwareng, Karangsembung, Lemahabang, Kapetakan, Gunungjati, Susukan, dan Ciwaringin.

“Petani yang mengalami gagal panen saat ini masih mendapatkan jaminan asuransi tani, meskipun klaim asuransi dari Jasindo memiliki persyaratan khusus. Kami akan terus mendampingi mereka (petani),” ungkapnya.

Sementara itu, Pj Bupati Cirebon Drs H Wahyu Mijaya SH MSi, menekankan pentingnya program pompanisasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dapat dimaksimalkan oleh petani. 

Di Pejambon, ungkapnya, luas lahan sawah 22 hektare, namun baru 4 hektare yang sudah teraliri air. “Alhamdulillah, dengan pompanisasi ini masa panen bisa ditambah, misalnya yang biasa panen satu kali bisa menjadi dua kali,” kata Wahyu.

Pompanisasi ini menggunakan bahan bakar gas yang lebih efisien dibandingkan bahan bakar premium. “Alatnya diubah, yang tadinya bahan bakar premium diubah menggunakan gas, sehingga dalam satu hari biaya bahan bakar gas lebih murah,” tuturnya. 

Di Kabupaten Cirebon, kata Wahyu, ada 138 titik pompanisasi, namun baru 115 titik yang berfungsi karena beberapa lahan pertanian masih memiliki sumber air yang cukup.

“Daerah-daerah seperti ini kita menggunakan pompanisasi agar lahan pertanian tetap teraliri air,” ungkap Wahyu. 

Tidak hanya pemerintah daerah, Kodim 0620 Kabupaten Cirebon juga menyumbang 90 unit pompa. “Pompa dari pemerintah diberikan kepada kelompok tani, dan pompa dari Kodim akan digunakan ke setiap area pertanian yang lebih membutuhkan,” pungkasnya. (sam)

Tag
Share