Eksistensi Konten Dakwah

ilustrasi--

BACA JUGA:Tim Pemeriksa Hewan Kurban Temukan Puluhan Kambing Belum Cukup Umur di Jual di Pinggir Jalan

Oleh karenanya, membuat konten dakwah di media sosial sebisa mngkin harus dengan cara yang mudah dicerna, tidak bertele-tele, menggunakan bahasa agama namun gaul yang sesuai dengan koridor, dan yang pasti tidak menghakimi. 

Saat ini seringkali mendapat berita bohong atau istilah sekarang ini hoax yang berseliweran di media social.

Dengan begitu jika kita yang ingin terjuan sebagai dai atau ustad di media social diharapkan bisa mengemas konten sebaik mungkin yang bisa membawa kemaslahatan bagi umat.

Konten yang bernilai itu tidak mengandung SARA, tidak mudah menghakimi, tidak menghujat, tidak mengolok-olok, tidak ada unsur kebencian, serta tidak menyebar fitnah.

BACA JUGA:Penampilan Kreasi dan Pengalungan Medali Tandai Pelepasan RA Tahfiz Quran Attaqwa

Dan sudah menjadi keharusan untuk sekarang ini jika konten dakwah dikemas sesuai dengan kaidah-kaidah Islam, tidak melanggar norma, referensinya harus jelas sesuai dengan Alquran dan Hadits disertai data yang valid serta dalil yang sahih dengan kemasan yang ada hubungannya dengan kehidupan sekarang atau menurut bahasa Gen Z adalah dakwah relate kehidupan. (*)

*Pengurus Fatayat NU Cirebon

Tag
Share