UMKM Batik Perlu Ekosistem yang Kondusif dalam Pasar Digital
Suasana Kampanye Melokal dengan Batik. Peran swasta sangat dibutuhkan dalam mendukung UMKM batik mulai dari pendampingan manajemen usaha, pemasaran usaha hingga kemitraan. -ist-radar cirebon
Pemerintah mengapresiasi keterlibatan swasta dalam mengembangkan UMKM Batik. Deputi Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi Hanung Harimba mengungkapkan, peran swasta sangat dibutuhkan dalam mendukung UMKM batik mulai dari pendampingan manajemen usaha, pemasaran usaha hingga kemitraan.
“Kampanye Melokal dengan Batik yang dilakukan merchant olnlie sangat membantu UMKM batik dalam melakukan inkubasi, konsultasi pengembangan usaha batik, serta mengembangkan bisnis batik lokal dalam platform e-commerce,” kata Hanung dalam keterangan tertulis, Senin (29/4).
Hanung menambahkan, ekosistem yang kondusif dalam pasar digital sangat diperlukan. Ini karena batik mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap ekspor Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor batik Indonesia pada 2023 berjumlah 17,5 juta dolar Amerika. Jumlah ini belum sebesar di masa sebelum pandemi. Namun, angka tersebut memperlihatkan potensi industri batik yang sangat besar. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara Amerika Serikat (porsi 74,75%), Jerman (3,61%), Singapura (3,23%), Malaysia (2,82%), dan Kanada (1,92%).
BACA JUGA:PLN UIP JBT Bahas Kawasan Ekonomi Khusus Kendal
Shop/Tokopedia Fashion Category Lead Desey Muharlina Bungsu mengungkapkan, kampanye Melokal dengan Batik merupakan salah satu upayanya mendukung perkembangan industri batik sekaligus memperkenalkan batik secara lebih luas kepada masyarakat.
Kata Desey, program ini juga membantu UMKM batik lokal untuk memasarkan produk mereka serta memberikan kemudahan akses pinjaman modal usaha dari mitra keuangan terhubung.
“Jadi, UMKM batik lokal yang bergabung dalam program Melokal dengan Batik tidak kami pungut komisi alias nol persen. Mereka yang bergabung dengan program ini akan kami bantu terkait pendanaan yang menghubungkan UMKM dengan lembaga keuangan. Selain itu, pihaknya juga menggandeng Institut Seni Indonesia untuk membuatkan beberapa disain yang menarik untuk UMKM batik lokal,” kata Desey.
Bukan itu saja, kata Desey, UMKM batik lokal yang tergabung dengan Melokal dengan Batik akan dibantu kampanye pemasaran produk agar bisa meningkatkan penjualan. Kata dia, langkah ini ternyata terbukti efektif dalam meningkatkan pemesanan UMKM batik lokal sebesar hampir 2,5 kali lipat.
BACA JUGA:Dipenuhi Eceng Gondok dan Kumuh, Pengunjung Minta Segera Dibersihkan
Marketing Manager Batik Arkanza Oki Dwiyanto memuji kampanye Melokal dengan Batik yang dilakukan. Kata dia, Batik Arkanza awalnya hanya berjualan dari garasi rumah dengan dua orang karyawan. Kini, Batik Arkanza telah tersedia secara online dan berhasil mempekerjakan 50 karyawan.
“Saya bisa belajar banyak dari program Melokal dengan Batik. Awalnya produk batik Arkanza dijual secara konvensional dan kini sudah bisa di e-commerce. Bukan itu saja, motif batik Arkanza juga semakin banyak dan konsep brand juga naik. Kini kami mulai masuk ke anak muda,” ujar Oki.
Kepala Bidang Usaha Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Riesta Karentina menjelaskan, 60 persen dari 64,5 juta UMKM batik masuk kategori mikro. UMKM batik mikro ini perlu bantuan untuk membangun ekosistem agar bisa semakin tumbuh berkembang.
“Tantangan UMKM batik itu ada dua, pertama aspek legalitas dan yang kedua manajerial. Masalah legalitas yang paling sering ditemukan antara lain kasus hak intelektual dan juga hak merek, sedangkan masalah manajerial yaitu bagaimana UMKM mikro bisa dikelola dengan baik hingga bisa mencari pasar sendiri,” jelas Riesta.