Membentuk Pendidikan Karakter
Ilustrasi--
Dalam konteks ini, pengajaran yang mengadaptasi prinsip-prinsip pendidikan karakter Jepang bisa menjadi salah satu alternatif solusi yang relevan.
BACA JUGA:Minta Buktikan Komitmen Kerja
Pendidikan Moral
Salah satu aspek penting dalam pendidikan karakter Jepang adalah "moralitas dalam tindakan sehari-hari.” Prinsipnya, pendidikan moral sekecil apapun dapat membentuk karakter seseorang.
Pendidikan karakter ini ditanamkan di Jepang mulai sejak jenjang PAUD (Pendidikan Anak di Usia Dini) yang berlanjut hingga tingkat SMA (Sekolah Menengah Akhir).
Pendidikan karakter ini dikenal sebagai doutoku-kyouiku. Terdiri dari dua kata yaitu, (doutoku) yang berarti moral, dan (kyouiku) yang berarti pendidikan.
BACA JUGA:Dirut PLN Raih Best CEO of Communications di Ajang BCOMSS 2024
Penerapan pendidikan karakter ini menjadi fokus saat anak-anak memasuki pendidikan TK (Taman kanak-kanak) dan Sekolah Dasar karena saat usia itulah merupakan saat yang tepat untuk penanaman pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang diterapkan di Jepang tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja, namun juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan budaya Jepang yang menganut nilai-nilai seperti hormat, kesopanan, kerja keras, dan kejujuran.
Menanamkan pendidikan karakter sejak dini memberi manfaat jangka panjang bagi individu dan masyarakat. Anak-anak yang dididik dengan baik dengan nilai moralitas menghasilkan warga negara yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
BACA JUGA:Jam Kerja ASN Berubah
Dampak lainnya, mereka mampu mengambil keputusan yang bijak dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat Indonesia telah mengalami degradasi moral, implementasi prinsip serupa di Indonesia dapat dijadikan satu alternatif.
Penerapan pendidikan karakter di usia dini bisa memberikan dampak yang sangat besar bagi Indonesia. Generasi yang beretika dan berakhlak dapat tumbuh sejalan dengan penerapan pendidikan karakter usia dini.
Selain itu, pendidikan karakter Jepang memasukkan nilai-nilai kesetiaan, kejujuran, dan disiplin sebagai inti pembelajaran. Contohnya, sekolah Jepang yang mendorong siswa untuk membersihkan lingkungan sekolah mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan kolektif.