Fenomena Ibu Usia Remaja
Ilustrasi--
Kondisi kehamilan pada remaja, turut memberikan beban berupa perkembangan keremajaan yang belum tuntas, disertai tugas kehamilan yang berlanjut pada peran mengurus bayi sebagai seorang ibu.
BACA JUGA:Penerimaan Pajak Lampaui Target
Fenomena dua garis biru, tidak seharusnya terjadi pada wanita usia remaja. Terlebih dalam usia remaja, para wanita tengah mengalami perkembangan yang pesat dalam hal fisik, kognitif, maupun emosi yang sepatutnya dimaksimalkan.
Seperti yang telah kita pelajari, fisik wanita di usia remaja pasti mengalami perkembangan pubertas yang meliputi pelebaran pinggul dalam mempersiapkan kelahiran, dan pembesaran payudara dalam mempersiapkan nutrisi bayi berupa ASI.
Fisik yang masih tahap perkembangan tersebut tentunya tidak dapat dipaksakan untuk menjalankan fungsional organ secara optimal. Oleh karenanya diperlukan kematangan fisik sebelum seorang wanita memutuskan untuk menikah dan hamil.
Selain itu, remaja wanita juga dinilai kurang dalam hal kognitif. Kemampuan kognitif menghendaki kesiapan mental dalam hal menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan setiap peristiwa dan permasalahan yang terjadi.
BACA JUGA:Ogah Terpeleset Lagi
Mayoritas remaja wanita pun kerap kali menggunakan perasaan daripada logikanya dalam menyikapi masalah yang diperparah oleh sikap gelisah dan tergesa-gesa, dalam menyelesaikannya pada situasi yang penuh distraksi.
Terkadang masalah yang dipaksakan untuk selesai lebih cepat, malah membuat semakin rumit keadaan, tanpa mereka sadari.
Oleh karena itu, kemampuan kognitif ini tidak terpisahkan dengan logika berpikir dan kecerdasan seseorang. Terutama dalam bersikap dan ketenangan dalam menyelesaikan problematika. Khususnya di usia remaja yang statusnya masih berkembang dan belum optimal.
Maka dari itu, sepatutnya remaja wanita perlu memfokuskan dirinya dalam hal pendidikan, daripada memikirkan kehidupan pernikahan yang terlalu dini saat ini.
BACA JUGA:Klopp Konfirmasi Dominik Szoboszlai Alami Cedera Hamstring, Liverpool Kian Pincang
Pendidikan seorang wanita akan menumbuhkan karakter positif dalam dirinya, dan mampu menjadikannya sebagai wanita yang berdaya secara intelektual dan emosional.
Pengaruh pendidikan tersebut akan terasa, saat wanita tersebut berumah tangga dan mengurus anaknya di usia yang ideal untuk menjadi ibu. Wanita yang berpendidikan akan mengatur skala prioritas dalam hidupnya.
Termasuk dalam mempersiapkan diri sebelum menikah, dan merencanakan waktu yang tepat untuk hamil dan menjadi seorang ibu. Figur ibu yang baik terbentuk melalui sebuah proses pendidikan karakter seorang wanita yang berbudaya. Perempuan berdaya, Indonesia maju. (*)