Ngayuga Bumi di Kuningan, Langkah Kecil Penghijauan Lestarikan Alam

Acara Ngayuga Bumi yang digelar di Setu Caracas dan Hutan Kota Desa Caracas seolah menjadi angin segar bagi upaya penghijauan di Kabupaten Kuningan, Jabar.-ist-radar cirebon

Acara Ngayuga Bumi yang digelar di Setu Caracas dan Hutan Kota Desa Caracas, menjadi angin segar bagi upaya penghijauan di Kabupaten Kuningan. Namun, di balik seremoni penanaman pohon dan pelepasan benih ikan, Selasa (11/2), muncul pertanyaan mendasar seberapa serius komitmen terhadap kelestarian lingkungan di Kuningan.

Dalam diskusi yang digelar dalam acara tersebut, Ketua Umum Gema Jabar Hejo Asep Ismail menyoroti tingginya laju deforestasi di Jawa Barat, termasuk Kuningan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas hutan di provinsi ini terus menyusut akibat ekspansi lahan pertanian, pemukiman, dan industri.

Bahkan, laporan Global Forest Watch mencatat bahwa sejak 2001, Jawa Barat telah kehilangan sekitar 28 hektare hutan primer, berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon hingga 20,8 kiloton.

Ironisnya, meskipun Kuningan dikenal dengan julukan Kabupaten Konservasi, laju kerusakan lingkungan di daerah ini tetap terjadi. Penebangan liar, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam masih saja ada.

BACA JUGA:Ratusan Mahasiswa UGJ Cirebon Ikuti KKN Tematik di Kuningan

Tanpa langkah konkret, sekadar menanam pohon dalam acara seremoni tidak akan cukup untuk mengimbangi kerusakan yang terjadi.

Pakar Teknologi Pertanian dan Lingkungan Sulistio Ipac, mengingatkan bahwa penghijauan harus menjadi gerakan berkelanjutan, bukan sekadar agenda tahunan.

"Menanam pohon di sepanjang sungai bukan hanya estetika, tetapi solusi ekologis untuk mencegah erosi dan meningkatkan kualitas air. Namun, tanpa pengawasan dan pemeliharaan, pohon-pohon ini hanya akan bertahan dalam hitungan bulan," ujarnya.

Lebih jauh, Sulistio menekankan pentingnya konsep ekowisata dan agroforestri sebagai strategi konservasi yang tetap memperhitungkan aspek ekonomi. "Masyarakat harus dilibatkan secara aktif. Jangan sampai penghijauan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tanpa dukungan masyarakat," terangnya.

BACA JUGA:Laporan BK Siap Paripurna

Selain aspek teknis, edukasi lingkungan menjadi faktor krusial yang sering diabaikan. Kebiasaan buruk seperti penggunaan plastik sekali pakai, pembuangan sampah sembarangan, dan minimnya kesadaran terhadap rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) harus ditangani lebih serius.

Tanpa perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, penghijauan hanya akan menjadi seremonial tahunan tanpa dampak nyata.

Dalam upaya mendorong aksi nyata, Gema Jabar Hejo memberikan penghargaan kepada para tokoh yang dinilai berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Penghargaan tersebut diterima oleh Anggota DPRD Kuningan dari Fraksi Gerindra, Sri Laelasari yang aktif memperjuangkan kebijakan ramah lingkungan, serta Organisasi Senkom Mitra Polri yang berperan dalam mitigasi bencana. Pemda Kuningan diwakili oleh Kabid SDA Dinas PUTR, Rismunandar juga mendapat apresiasi atas komitmennya dalam konservasi berbasis masyarakat.

Dalam pernyataannya, Sri Laelasari menegaskan bahwa kebijakan lingkungan harus berorientasi pada keberlanjutan. "Kita perlu memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan di DPRD selaras dengan kebutuhan ekologi. Lingkungan yang sehat adalah kunci kesejahteraan masyarakat," katanya.

Tag
Share