Awal Puasa Berpotensi Berbeda

Proses melihat hilal secara langsung dilakukan di Pantai Baro, Gebang, Kabupaten Cirebon tahun 2024 lalu. Metode ini akan dilakukan kembali pada tanggal 28 Februari 2025.-dokumen-radar cirebon

Kementerian Agama (Kemenag) RI mengumumkan akan menggelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025. Sidang bakal menentukan awal Ramadan jatuh pada 1 atau 2 Maret. Kemenag meminta masyarakat menunggu hasil resmi keputusan Sidang Isbat.

Seperti biasanya, Sidang Isbat akan mempertemukan dua metode dalam penentuan kalender Hijriah. Yaitu, metode hisab dengan metode rukyat. Melalui metode hisab atau perhitungan, sudah diketahui bahwa posisi hilal di 28 Februari sudah di atas ufuk.

Sementara metode rukyat adalah, pengamatan langsung keberadaan hilal. Biasanya menggunakan teropong. Tujuan dari metode rukyat adalah untuk mengkonfirmasi dari metode hisab.

Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad mengatakan, Sidang Isbat akan melibatkan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari Mahkamah Agung (MA) serta DPR. ’’Ada tiga rangkaian acara pada Sidang Isbat,’’ kata Abu Rokhmad di Jakarta, Selasa (11/2).

BACA JUGA:Deddy Corbuzier Jadi Staf Khusus Menhan

Ketiga rangkaian acara itu diawali dengan paparan posisi hilal berdasarkan hisab. Kemudian sidang utama yang dilaksanakan secara tertutup. Di sidang ini, Kemenag akan menerima laporan dari para perukyat di sejumlah titik pemantauan hilal. ”Kemudian ditutup dengan penyampaian hasilnya kepada masyarakat,” tutur Abu Rokhmad.

Kemenag belum bisa memastikan apakah awal Ramadan jatuh pada 1 atau 2 Maret. Berbeda dengan Muhammadiyah yang sudah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret. Sehingga, warga Muhammadiyah mulai tarawih pada 28 Februari malam harinya.

Profesor Riset Badam Riset Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, tahun ini ada potensi perbedaan pada awal Ramadan. Penyebabnya, pada saat 28 Februari, hilal sudah di atas ufuk tetapi masih rendah. Pasalnya, tinggi hilal 3 derajat dan elongasi lebih dari 6,4 derajat hanya di Aceh. Selain itu juga, ada potensi perbedaan lebaran serta Idul Adha.

”Karena hanya satu wilayah, kemungkinan gagal (melihat hilal) cukup besar,” terang Thomas Djamaluddin.

BACA JUGA:Temukan Lima Dus Dokumen

Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) Kemenag Arsad Hidayat menjelaskan, berdasar data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak terjadi pada Jumat (28/2) sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk antara 3 derajat hingga 4 derajat di atas ufuk. Dengan sudut elongasi antara 4 derajat sampai 6 derajat.

”Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat,” sebut Arsad.

Data hisab itu akan dikonfirmasi melalui proses pemantauan hilal atau rukyatul hilal. Kemenag bekerjasama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik di seluruh Indonesia. Hasil hisab dan rukyat akan dipaparkan pada Sidang Isbat yang dipimpin Menag Nasaruddin Umar. (jp)

Tag
Share