Pertahanan Siber bagi Kelompok Berisiko
SHARING: Pelatihan pertahanan siber komunal bagi kelompok berisiko ini terlaksana di Hotel Amaris, Jalan Siliwangi, pada Minggu (10/11).-ADE GUSTIANA // RADAR CIREBON-
CIREBON - Komunitas Pertahanan Siber asal Bandung mengadakan pelatihan pertahanan siber komunal bagi kelompok berisiko di wilayah Ciayumajakuning. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Amaris, Jalan Siliwangi, pada Minggu (10/11).
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Komunitas Pertahanan Siber Sipil Bagi Orang Terpinggir yang Kadang Bosan Mikir, atau yang disingkat Hansip Bokir. Peserta yang hadir terdiri dari jurnalis, anggota komunitas, mahasiswa, dan aktivis lingkungan.
Sebagai pemateri, hadir Rizki Vivid Estrada dan Adi Marsiela. Pelatihan yang berlangsung dari pagi hingga sore ini membahas berbagai topik, di antaranya ketahanan perangkat digital, akun Google, dan media sosial terhadap peretasan atau serangan siber.
Beberapa langkah mitigasi pun disampaikan untuk membantu peserta melindungi data dan akun mereka.
Peserta juga diberikan informasi mengenai seberapa cepat keamanan digital mereka dapat diretas, berdasarkan kekuatan kata sandi yang digunakan.
Kata sandi yang mengandung karakter unik dan frasa pribadi sangat dianjurkan untuk meminimalisasi kemungkinan kebobolan oleh hacker. Selain itu, penting juga untuk mengganti kata sandi secara berkala, yaitu setiap satu hingga dua bulan sekali.
Manajemen kata sandi juga menjadi hal yang sangat penting. Pasalnya, mayoritas kelompok rentan atau masyarakat umum memiliki lebih dari dua akun digital, baik itu untuk media sosial, perbankan, game, dan lain-lain.
Hal ini membuat mereka rentan jika menggunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun.
Manajemen kata sandi ini berfungsi sebagai brankas untuk menyimpan semua kata sandi akun digital. Dengan demikian, peserta hanya perlu mengingat satu kata sandi dan pengguna untuk mengakses pengelola kata sandi tersebut.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan teknis dan taktis peserta, serta memberikan panduan dalam disiplin diri terkait tata kelola aset digital dan profil virtual mereka.
Hal ini juga bertujuan untuk mencegah dan memitigasi insiden serangan digital atau siber, serta membangun simpul belajar yang berkelanjutan dalam pertukaran pengetahuan, keterampilan, dan teknik.
Selain itu, pelatihan ini bertujuan untuk memetakan ancaman, kerentanannya, serta risiko yang terkait dengan rekayasa sosial berbasis digital, yang dapat mengancam kebebasan berekspresi dan berkumpul.
Peserta juga diajarkan untuk memetakan kemampuan diri dalam mengembangkan mekanisme respons insiden terhadap ancaman digital secara mandiri dan terintegrasi, antar simpul jaringan pertahanan siber sipil (Hansip). (ade)