Fokus pada Transisi Energi dan Stabilitas Kawasan Indo-Pasifik

Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-24 ASEAN-Korea, di National Convention Center, Vientiane, Laos, Kamis (10/10). -ist-radar cirebon

Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-24 ASEAN-Korea, yang diselenggarakan di National Convention Center, Vientiane, Laos, Kamis (10/10). Saat berbicara dalam kesempatan tersebut, Ma'ruf Amin menyoroti dua isu krusial, yaitu percepatan transisi energi dan stabilitas kawasan.

KTT ASEAN-Republik Korea tahun ini menandai momen bersejarah bagi kedua belah pihak, mengingat tonggak kerja sama yang sudah berlangsung selama 35 tahun. Momen ini juga ditandai dengan ditingkatkannya status kerja sama menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif.

“Tahun ini menandai 35 tahun kemitraan ASEAN-Republik Korea. Saya menyambut baik peluncuran Kemitraan Strategis Komprehensif antara ASEAN dengan Republik Korea. Kemitraan ini akan mendukung implementasi ASEAN Outlook on the Indo Pasific (AOIP) dan mempercepat ASEAN mencapai Visi 2045,”  kata Wapres Ma’ruf Amin.

Lebih lanjut, Wapres Ma'ruf Amin menegaskan bahwa untuk mencapai tujuan kemitraan tersebut, dua langkah penting perlu dilakukan. Pertama, adalah percepatan transisi energi.

BACA JUGA:Kemensos Sambangi Rumah Manula Sebatang Kara

"Kita harus mempercepat langkah transisi energi untuk menghadapi krisis energi global dan dampak perubahan iklim," ungkapnya. ASEAN diperkirakan akan membutuhkan investasi sebesar USD 726 juta hingga USD 1 miliar untuk pembangunan proyek-proyek energi terbarukan hingga 2050 nanti Di sisi lain, Republik Korea Selatan menaruh perhatian ke ASEAN sebagai kawasan sumber energi bersih.  

Kesamaan kepentingan ini membuka lebar peluang kerja sama yang lebih konkret. Langkah kedua adalah stabilitas kawasan Indo-Pasifik. ASEAN memiliki keuntungan geografis yang menentukan jalur logistik perdagangan, terutama Selat Malaka yang padat arus pelayaran komersial dan energi. 

Stabilitas kawasan menjadi kunci utama untuk menjamin kelancaran arus perdagangan dan rantai pasok.  Dialog dan komunikasi terbuka harus dikedepankan untuk mengelola dan menyelesaikan HM.4.6/363/SET.M.EKON.3/10/2024 ketegangan di kawasan.   

“Saya menyambut baik KTT Trilateral bulan Mei lalu sebagai langkah penting menuju stabilitas dan perdamaian di kawasan,” terang Wapres Ma’ruf Amin.

BACA JUGA:MI Al-Mukarromah Dapat Bantuan CSR dari Komipo, PT Cirebon Power Services dan Ditpolairud Polda Jabar

Melalui peningkatan kerja sama komprehensif strategis antara ASEAN dan Korea Selatan ini, diharapkan dapat membangun kemitraan yang inovatif, pendanaan yang inklusif, dan penyediaan teknologi yang efektif guna mencapai target pembangunan energi bersih dan terbarukan. 

Dalam pertemuan ini, Presiden Korea Selatan memberikan tiga komitmen penting dalam upaya untuk implementasi kemitraan strategis yang baru saja disepakati. Pertama, Korea berkomitmen untuk memperluas kerja sama terkait isu keamanan dan pertahanan termasuk di dalamnya adalah keamanan siber dan maritim. Kedua, memperdalam transformasi digital dan perubahan iklim melalui pengembangan kerja sama untuk proyek inovasi digital, kecerdasan buatan, dan peningkatan infrastruktur, untuk merespons perubahan iklim.  

Untuk mendukung ini, Korea mengusulkan pembentukan ASEAN ROK Think Tank Dialogue.  Ketiga, Korea berkomitmen untuk berinventasi dalam pengembangan talenta masa depan di ASEAN termasuk melalui pemberian beasiswa. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mencatat banyak peluang yang bisa ditarik dari komitmen Presiden Korea tersebut bagi Indonesia.

Selama ini Indonesia menjadi tujuan investasi bagi Korea seperti pabrikasi mobil EV, penyediaan energi, industri kimia, dan ritel.  “Minat investasi yang besar dan komitmen Korea dalam KTT ASEAN, harus bisa dimanfaatkan maksimal oleh Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN,” kata Menko Airlangga.

Tag
Share