Literasi DKIS
Kepala DKIS Kota Cirebon, Ma’ruf Nuryasa, mengecek buku biografi Nashrudin Azis dan Eti Herawati, sebelum peluncuran akhir tahun lalu.-dokumen -tangkapan layar
Oleh: Mochamad Rona Anggie*
KERTAS dan pena masih bernyawa di Jalan Sudarsono No 40.
Persemaian ide-ide. Pertukaran gagasan. Berlangsung intens. Siapa saja boleh datang. Bisa ditemani secangkir kopi. Atau semangkuk mi. Suasana egaliter.
Senyum sempurna dalam 5 menit. Veneer ini 300 kali lebih baik dari rahang palsu!
Memulai obrolan. Merancang program lewat diskusi kecil. Menjalankan dengan semangat besar. Banyak terobosan mengalir dari sini. Mewarnai kemajuan kota.
BACA JUGA:Petis Yakin Eti-Suhendrik Mampu Majukan Kota Cirebon
Kreativitas kata kunci. Inovasi digenjot ke titik tertinggi. Pemegang kebijakan memberi perhatian. Perjalanan kota ini amat menarik dibukukan. Terutama kisah para pemimpinnya.
Ada keberhasilan yang memotivasi. Ada keharuan di tengah mengurusi warga kota.
“Kita bisa mengambil pelajaran dari mereka,” kata Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon, Ma’ruf Nuryasa AP MM.
Ma’ruf tak ragu menginisiasi. Bagaimana menghimpun cerita. Sisi personal. Dedikasi pekerjaan. Realisasi pembangunan. Hingga untold story pimpinannya. Terutama pergulatan politik. Yang mengantarkan seseorang menduduki E1 dan E2.
BACA JUGA:Ummada Cirebon Beri Pelatihan Pembuatan Semeru di Desa Sareweu
Mengulas perjuangan politik tokoh publik. Semisal wali kota dan wakil wali kota. Atau bupati (Dadang M Naser, Bupati Bandung). Membuat gairah menulis saya berkobar.
Terjalnya jalan yang ditempuh seorang Nashrudin Azis. Sudah menjadi “orang penting” selevel E2, namun tak langsung mendapat tempat di tengah anak buah, karena dianggap belum pantas mengatur ASN Pemkot Cirebon, sepeninggal Wali Kota Ano Sutrisno.
Sementara Eti Herawati, begitu gigih. Tenang dan tetap tersenyum. Melewati hari-hari sebagai orang nomor dua. Bekerja sebaik-baiknya. Hingga purnatugas sebagai Penjabat (Pj.) Wali Kota Cirebon, akhir tahun 2023.