Budi, pedagang bendera yang telah berjualan di Jalan Brigjen Dharsono, depan kawasan Korem 063/Sunan Gunungjati, Kota Cirebon selama belasan tahun, mengeluhkan sepinya pembeli menjelang sore kemarin (6/8). Firasatnya, penjualan bendera tahun ini kalah saing dengan pedagang online.
Pria kelahiran 1978 ini melanjutkan usaha dagang bendera dari kakaknya.
Dia selalu memilih lokasi yang sama, yaitu di bawah pohon rindang yang dipenuhi daun-daun berguguran.
”Dari kakak diteruskan ke saya. Sudah belasan tahun memang selalu di sini mangkalnya,” kata Budi kepada Radar Cirebon kemarin siang (6/8).
Meskipun sudah siang, belum ada satu pun pembeli yang mampir.
Budi sesekali mengeluh tentang sepinya pembeli. Ia menyadari bahwa penjualan bendera secara online semakin marak, seperti halnya pedagang pakaian atau aksesori lainnya.
”Kadang harganya di online lebih murah,” jelas pria asal Kelurahan Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon ini.
Budi memesan barang dagangannya dari pengusaha bendera di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Setiap tahun ia selalu menjadi langganan dan mendapatkan stok khusus dari pengusaha tersebut.
Budi, yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan, mengatakan bahwa rata-rata pembeli adalah perorangan, dengan hanya sedikit dari instansi tertentu.
Harga bendera yang dijual bervariasi, tergantung ukuran dan bahan yang digunakan.
Bendera ukuran 90x60 sentimeter dijual dengan harga Rp20 ribu, sementara yang lebih besar, yaitu ukuran 100x180 sentimeter, dihargai Rp50 ribu.
Bendera dengan rumbai yang biasa dipasang pada tepi atap bawah, sebanyak 10 gelombang, dihargai Rp250 ribu.
Budi yang mulai berjualan pada 4 Agustus ini membuka lapaknya dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.
Menurutnya, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, puncak pembelian bendera terjadi pada tanggal 10 hingga hari H, 17 Agustus.