Maestro Tarling Klasik Tutup Usia: Pentas Pertama dan Terakhir di Gedung Negara Cirebon

Rabu 31 Jul 2024 - 20:00 WIB
Reporter : Amirul I
Editor : Amirul I

Mama Djana dimakamkan di Astana Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, bakda zuhur, kemarin. Ia dimakamkan bersebelahan dengan istrinya, Entin Kartini (lahir tahun 1945) yang lebih dulu berpulang, 2018 lalu. “Makamnya samping-sampingan (dengan istrinya). Memang sudah disiapkan seperti itu," pungkas Totong.

Sementara itu, Arif Muarif satu-satunya perwakilan keluarga yang diharapkan jadi penerus Mama Djana atau yang biasa dipanggil keluarga Ii (dilafalkan dengan mengulang huruf i dua kali) itu. Ditemui di rumah duka kemarin, cucu laki-laki Mama Djana itu belum memikirkan rencana jauh ke depan karena masih dalam suasana duka.

“Saya jadikan seni itu sebagai hobi. Hobi itu buat semangat saya ke depan. Apapun itu yang saya lakukan nantinya, yang jelas tetap mempelajari tarling. Karena saya belum semahir Mama Djana, tapi Insya Allah mau tetap dilestarikan dan dikembangkan bersama teman teman," tutur pria 29 tahun tersebut kepada Radar Cirebon.

Arif bilang, akan mencoba mencari jalan agar tarling klasik bisa lestari. Entah itu lewat jalur pendidikan, seperti dengan mengajar. Atau, lewat karya dengan melakukan rekaman dan dipublikasi melalui media sosial atau Youtube.

BACA JUGA:Bekuk Pengedar dan Kurir Sabu

Ii, kata Arif, adalah sosok yang memiliki semangat dan dedikasi tinggi. Khususnya di kesenian tarling klasik. Ii, kata Arif, pernah berpesan agar tarling bisa tetap dilestarikan, sesuai nama album pertama dan terakhir Mama Djana yang dirilis tahun 2022: Tarling Tanana Kubra. “(Artinya) Tarling tidak akan pernah punah," jelas Arif.

Album itu memiliki 10 lagu, alunan musik instrumental. Hasil karya Mama Djana seorang. Sebelum berpulang, kata Arif, Mama Djana berencana membuat album baru. Namun belum terlaksana. (ade)

Tags :
Kategori :

Terkait