Ia menilai, banyak permasalahan di Pasar Batik Trusmi yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama.
Menurut Ang Gun, selain kurangnya promosi, Pasar Batik Trusmi tidak mempunyai plang atau papan nama yang terlihat menarik di mata pengendara.
Bahkan, kalah jauh dengan batik sebelah yang memasang plang atau baliho yang jauh lebih besar.
BACA JUGA:PLN Peduli: Dorong Kemandirian Kaum Rentan dan Dukung Pengembangan UMKM
Karena itu, Ang Gun pun meminta kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cirebon agar lebih memperhatikan Pasar Batik Trusmi.
“Kami harap, pemerintah jangan hanya retribusinya saja. Minimalnya plang di depan ada tulisannya. Kalau kami yang mengeluarkan uang untuk pasang plang, agak berat,” tuturnya.
Diketahui, retribusi yang diambil dari pedagang Pasar Batik Trusmi setiap harinya, sekitar Rp6.500. Mirisnya, setiap pedagang kadang tidak ada pembeli sama sekali. Sehingga, mereka harus merogoh kantongnya untuk membayar retribusi.