Jika mengartikannya, toxic relationship atau hubungan toxic, adalah hubungan tidak sehat. Sehingga membuat individu yang terlibat di dalamnya merasa tidak bahagia, direndahkan, mengalami ketidakadilan, selalu menjadi sasaran amarah yang berakhir pada kekerasan verbal, psikologis, maupun fisik. Ini dapat mencakup hubungan romantis, persahabatan, atau hubungan keluarga. Nah, pada kali ini, yuk kita simak tanggapan dari Sobat Zetizen terkait toxic relationship.
Tanggapan yang pertama datang dari Andini Ayu Lestari, salah satu siswi SMAN 1 Sumber. Ia mengatakan, tidak ada standar toxic relationship, karena menurutnya, suatu hubungan yang tidak sehat, jika dilanjutkan akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. “Menurut saya tidak ada standar toxic relationship, karena hubungan yang tidak sehat, jika tetap dilanjutkan, ke depannya akan berdampak buruk. Tidak ada seorang pun yang ingin diperlakukan secara kasar, sehingga fisik maupun mentalnya menjadi tergganggu. Jadi menurut saya, kita tidak perlu terlalu mengejar seseorang yang memang notabene-nya toxic. Jika seseorang yang toxic terdapat di lingkungan sekitar kita, lebih baik kita menjauhinya, atau cut off saja,” ujarnya.
Tanggapan yang kedua datang dari Aulia Nasywaa Nurfadhilah, siswi SMAN 4 Kota Cirebon. Ia mengungkapkan, sering kali orang tidak menyadari sedang terjebak dalam toxic relationship. Maka dari itu, penting untuk menyadari tandanya. Seperti kurang komunikasi satu sama lain. “Standar toxic relationship, menurutku, adalah kurangnya komunikasi antarpasangan atau kerabat. Sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memicu konflik. Dalam kehidupan sosialku, sebagian manusia, kadang suka tidak sadar kalau mereka itu ada di dalam sebuah toxic relationship. Maka dari itu, harus cerdas dalam memilih pasangan atau kerabat,” ujarnya.
Tanggapan terakhir datang dari salah satu siswi SMAN 4 Cirebon, Saskia Darusalam. Dia menuturkan, standar toxic relationship adalah perilaku pihak pertama, yang merasa direndahkan oleh pihak kedua. “Menurut saya toxic relationship mendefinisikan saat kita sudah tidak merasa baik dan tidak merasa nyaman. Baik secara mental atau fisik di dalam suatu hubungan. Yang disebabkan oleh perilaku salah satu pihak yang membuat pihak kedua merasa direndahkan, diperlakukan tidak adil, bahkan menjadi sasaran amarah. Tentunya toxic relationship ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik,” tandasnya.
Cara Mengatasi
TOXIC relationship berasal dari kata toxic, yang artinya adalah beracun atau mengandung racun. Dimana, hal itu menggambarkan bahwa toxic relationship merupakan suatu hubungan tidak sehat yang dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. Berikut merupakan 5 cara untuk mengatasi toxic relationship.
Akui Bahwa Hubungan Itu Memang Toxic
Kita harus benar-benar mengakui bahwa ini benar dan itu salah. Ini baik dan itu buruk. Saat kita sudah mengakui bahwa apa yang kita lakukan juga merupakan kesalahan, maka akan lebih mudah untuk memperbaikinya. Tetapi jika kita masih bimbang untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, maka kita akan terus berputar-putar di sana dan terjebak dalam hubungan yang toxic.
Meninggalkan Hubungan
Berlarut-larut dalam suatu hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship, hanya akan merugikan kita. Saat membuat keputusan untuk meninggalkan pasangan, hentikan segala bentuk komunikasi dengannya.
Minta Tolong Orang Terdekat
Jangan pernah takut atau ragu untuk mengeluarkan semua deritamu kepada orang-orang yang dekat denganmu. Seperti keluarga, teman, ataupun guru di sekolah. Dan jika kita mendapati toxic relationship di lingkungan keluarga, kita bisa meminta tolong sahabat ataupun pihak profesional. Memendam sakit terlalu lama hanya akan lebih memperburuk diri kita.
Menghargai dan Peduli Diri Sendiri
Sejatinya, jikalau kita terus berlama-lama dalam hubungan toxic, itu mungkin karena kurang kepedulian pada diri kita. Sayangilah diri kita sendiri. Hindari segala hal yang dapat menyakiti perasaan kita. Membela diri melawan toxic relationship juga merupakan salah satu upaya untuk menghargai diri kita sendiri.
Pahami darimana Datangnya Asumsi