Kurikulum Sastra Era Digital

Minggu 02 Jun 2024 - 16:54 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Keempat, keterbatasan penguasaan teknologi oleh guru: Banyak guru sastra yang belum sepenuhnya menguasai teknologi sehingga tidak bisa memanfaatkannya secara optimal.

SOLUSI PEMBELAJARAN SASTRA

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan. Pertama, peningkatan akses teknologi: Pemerintah dan institusi pendidikan perlu bekerja sama untuk memastikan semua siswa memiliki akses ke teknologi yang memadai.

Program subsidi atau penyediaan perangkat belajar bisa menjadi solusi jangka pendek. Kedua, pelatihan guru: Guru perlu dilatih secara terus-menerus dalam penggunaan teknologi pendidikan. Workshop dan program pengembangan profesional yang berkelanjutan dapat membantu guru menguasai alat-alat digital yang relevan.

BACA JUGA:Dalam Penanganan Bencana Kekeringan, Dinsos Lebih Fokus pada Pascabencana

Ketiga, pembelajaran bauran: Menggabungkan metode pengajaran tradisional dengan teknologi digital dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih seimbang.

Misalnya, diskusi kelas dapat dilanjutkan di forum daring, dan analisis teks dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak analisis. 

Keempat, penggunaan media interaktif: Memanfaatkan media interaktif seperti video analisis, siniar, atau bahkan permainan edukatif yang berdasarkan teks sastra dapat meningkatkan keterlibatan siswa.

Teori Multiple Intelligences oleh Howard Gardner dapat diaplikasikan dengan menawarkan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang berbeda.

BACA JUGA:Dianggap Salah Penempatan, 111 P3K Ngadu ke Gedung DPRD Majalengka

Kelima, fokus pada Keterlibatan Emosional: Penting untuk memastikan bahwa teknologi tidak menggantikan interaksi manusia.

Sesi diskusi tatap muka atau melalui panggilan video bisa menjaga keterlibatan emosional siswa dengan materi sastra. 

Angin segar saat ini sedang menerpa Indonesia yang dihembuskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan memasukkan sastra sebagai kokurikuler ke dalam jam pelajaran di sekolah melalui Kurikulum Merdeka.

“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” sepertinya merupakan ungkapan yang tepat melihat fenomena tersebut.

BACA JUGA:Maju Pilbup, Abraham Pasang Baliho di 12 Titik Strategis Biar Masyarakat Lebih Mengenal

Paling tidak saat ini sudah ada kesadaran bahwa sastra dapat memberikan sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia, khususnya memberikan solusi atas rendahnya minat membaca, lunturnya empati, dan kurangnya kreativitas serta daya kritis peserta didik.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terkini

Senin 23 Dec 2024 - 20:48 WIB

Pastikan Natal Aman-Kondusif

Senin 23 Dec 2024 - 20:47 WIB

Korupsi Rp300 Triliun, Vonis Ringan

Senin 23 Dec 2024 - 20:43 WIB

Gerindra Tegaskan Tidak Menyerang PDIP

Senin 23 Dec 2024 - 20:19 WIB

BNSP Meluncurkan LSP P3 di Cirebon