Soenoto Ulas Peristiwa Detik-detik Gus Dur Jadi Presiden

Minggu 19 May 2024 - 22:19 WIB
Reporter : M Hasanuddin
Editor : M Hasanuddin

CIREBON – Peristiwa reformasi yang terjadi pada bulan Mei 1998 telah berlalu lebih dari 25 tahun. 

Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam kancah politik dan keamanan nasional masih menjadi tanda tanya hingga saat ini.

Salah satu hal yang belum diketahui banyak orang adalah asumsi bahwa dua tokoh reformis ’98, yakni Prof Amien Rais dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), diasumsikan berseteru dalam memperebutkan kursi Presiden dalam pemilihan presiden yang digelar di sidang MPR tahun 1999 silam. Namun, faktanya tidak demikian.

Tokoh Cirebon, Ir H. Soenoto, yang merupakan saksi hidup sejarah reformasi pada waktu itu, mencoba mengupasnya melalui tayangan live streaming di channel YouTube ’Berbagi Makna’, pada Minggu (19/5).

Alasan utama Soenoto ingin mengupas sejarah ini adalah pertama, karena presiden pertama Soekarno pernah menyampaikan pidato ”Jas Merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah), karena sejarah bukanlah suatu dongeng. Melainkan suatu kejadian yang harus dijadikan pijakan dalam melangkah, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dari masa ke masa.

Kedua, terkait dengan reformasi dan tokoh-tokohnya. Saat ini, sudah 25 tahun sejak reformasi dimulai pada tahun 1999, dengan segala baik buruknya, serta pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Soenoto berpendapat bahwa seluruh anak bangsa harus selalu menghormati dan menghargai para sesepuh atau pendahulu dalam menjalankan roda pemerintahan, untuk menciptakan sistem bernegara secara baik dan benar.

Melalui live streaming ini, salah satu tokoh pendiri PAN tersebut ingin berupaya menetralisir asumsi yang selama 25 tahun ini menyebutkan seolah-olah dua tokoh reformasi tersebut berseberangan.

Tujuannya tentu saja agar tidak ada perbedaan pendapat di kalangan pendukung dan simpatisan Amien Rais dengan Gus Dur, khususnya melalui warga Nahdliyin dan Gusdurian.

Soenoto menceritakan bahwa pada waktu itu, poros politik nasional terbagi menjadi tiga kutub, yaitu Golkar dengan BJ Habibie sebagai tokohnya, PDI Perjuangan dengan Megawati Soekarnoputri sebagai tokohnya, dan Poros Tengah dengan Amien Rais dan Gus Dur sebagai tokohnya.

Tokoh-tokoh poros tengah saat itu memberikan kesempatan kepada Gusdur untuk menjadi Calon Presiden. 

Bahkan, pada H-1 pemilihan, tokoh-tokoh poros tengah sudah berdiskusi dengan Gusdur sampai membahas komposisi kabinet. Amien Rais pun sudah tidak berminat, karena sudah diamanahi jabatan sebagai ketua MPR.

Namun, dini hari, dirinya mendapatkan telepon dari Ketua ICMI pada waktu itu, yakni Prof Dawam Raharjo, yang memberitahukan bahwa sedang berada di kediaman BJ Habibie, bersama para tokoh Golkar, serta mengundang Amien Rais untuk hadir di kediaman BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta.

Setibanya di sana, para tokoh yang ada di dalam langsung berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah menyambut kedatangan Amien Rais. 

Bahkan, BJ Habibie langsung menyodorkan kursi presiden kepada Amien Rais, namun Amien Rais menolak tawaran tersebut.

Kategori :