Monster Plastik

Rabu 24 Apr 2024 - 16:15 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Wariah

ADA kebutuhan mendesak secara global untuk mengatasi ancaman polusi plastik, dan satu-satunya cara kita melakukannya adalah melalui kolaborasi dan tindakan ambisius.

Pemerintah dan bisnis Perusahaan. Keduanya harus bersatu padu untuk mengatasi dampak polusi plastik pada skala global, dengan berani menerapkan kebijakan dan terbuka untuk mencoba pendekatan baru dan inovatif untuk masalah yang kompleks.

Satu dekade  terakhir, output produksi plastik menempati urutan kelima setelah logam dasar, motor, bahan kimia, dan makanan.

Produksi plastik untuk kemasan di Indonesia terus meningkat setiap tahun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 4,65 persen. 

BACA JUGA:Prediksi Persib vs Borneo FC

Produksi sedemikian besar ini perlu pengolahan yang benar agar dapat terurai di lingkungan. Jenis plastik berbahan polimer,  membutuhkan waktu 100 tahun baru dapat terurai.

Plastik ramah lingkungan adalah plastik yang terbuat dari bahan dasar alam seperti tepung jagung, tepung terigu, dan bahan organik lainnya. 

Plastik ramah lingkungan dapat terurai secara alami dan menjadi kompos ketika dibuang ke tanah. Plastik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, akan menjadi serpihan-serpihan kecil dan mengalir ke laut bersama dengan material lainnya. 

Serpihan plastik kecil ini menjadi santapan ikan, pada gilirannya menjadi santapan di meja makan dan dikonsumsi manusia. 

BACA JUGA:Unai Emery Resmi Perpanjang Kontrak Dengan Aston Villa Hingga 2027

Proses ini adalah rantai makanan yang berlangsung secara alami di alam. Toh, kalau serpihan ini tidak terhanyut, maka serpihan ini akan tertimbun di tanah, tersedimentasi menjadi pengganggu bagi tersedianya hara bagi tumbuhan.

Bukan itu saja, serpihan ini akan mengganggu sifat fisik tanah, seperti porositas, permeabilitas dan permitivitas tanah yang pada gilirannya akan merusak ekosistem lingkungan. 

Polusi plastik dapat menimbulkan konsekuensi yang parah dan sering disebut sebagai salah satu ancaman eksistensial terbesar setelah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kita perlu menghasilkan lebih banyak bukti ilmiah yang kemudian akan mengembangkan solusi dan mendorong intervensi regulasi.

Tags :
Kategori :

Terkait