Refleksi 10 Hari Pertama Ramadan

Selasa 26 Mar 2024 - 15:43 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Hati, yang dalam salah satu hadis qudsi disebut sebagai tempat bersemayam Tuhan, harus dihidupkan supaya menjadi kendali hidup manusia. 

Jangan sampai keberadaannya tertutupi oleh kendali perut dan seksual saja, yang identik dengan nafsu dunia. Untuk menumbuhkan kekuatan hati, maka selama Ramadhan ini dilatih untuk sedikit makan dan sedikit tidur. Aktivitas hidup manusia diorientasikan pada ibadah dan perbauatn baik yang sebanyak-banyaknya.

Begitu pun dengan pikiran atau akal dalam diri manusia. Akal merupakan potensi yang tidak diberikan kepada makhluk Tuhan selain manusia.

BACA JUGA:Sangat Minim, Anggaran Pemeliharaan Jalan dari Sebelumnya Rp5 Miliar Dipangkas Menjadi Rp3 Miliar

Melalui puasa, akal kembali dibangkitkan dengan cara penguatan, baik kuantitas maupun kualitas atas pembacaan ayat-ayat Allah, baik al-Quran maupun penomena alam. 

Pada prosesnya, pembacaan tidak cukup pada penomena yang tampak, atau ayat-ayat al-Quran secara harfiah, melainkan harus mendalam. 

Mengutip Prof Nasarudin Umar, proses membaca setidaknya harus sampai pada empat tahap yang sempurna yaitu tartil membaca, bisa memahami, bisa menjiwai, dan bisa menghubungkan bacaan tersebut pada kesadaran ketuhanan.

Syahdan, puasa merupakan upaya Tuhan mengembalikan hakikat hidup manusia supaya senantiasa dalam kendali hati dan pikiran.

BACA JUGA:Berada di Pusat Kota Jatibarang dan Depan Stasiun, RTH Jatibarang Enak Buat Ngabuburit

Puasa merupakan strategi mengembalikan manusia pada derajatnya yang lebih tinggi, yang tidak berorientasi pada perut dan hasrat seksual saja. 

Tentu saja, kendali hati dan pikiran tersebut bukan untuk satu bulan Ramadhan, melainkan untuk selama hidup manusia. Wallahu’alam. (*)

Penulis adalah Staff Pengajar di Uniiversitas Islam Al-Ihya Kuningan

Tags :
Kategori :

Terkait