Oleh: Endang Kurnia
DI era digital yang semakin terhubung, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun, di balik gemerlapnya interaksi dan pertukaran informasi di platform-platform tersebut, terdapat fenomena yang tidak bisa diabaikan: konflik yang muncul akibat kurangnya kontrol diri dalam penggunaan media sosial.
Ketika seseorang terlibat dalam interaksi di media sosial, emosi seringkali menjadi faktor dominan yang mempengaruhi respons dan tanggapan terhadap konten atau komentar yang mereka lihat.
Hal ini dapat memicu reaksi yang impulsif dan tidak terkontrol, seperti komentar kasar atau serangan pribadi tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
BACA JUGA:Menguji Ketahanan Pangan
Selain itu, interaksi di media sosial juga sering kali membuahkan sikap kurangnya empati. Tanpa adanya interaksi langsung, orang cenderung kehilangan sensitivitas terhadap perasaan dan perspektif orang lain.
Dengan begitu, mereka lebih mudah terjerumus dalam konflik, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap hubungan interpersonal. Pembentukan kelompok-kelompok dengan pandangan yang sama juga dapat memperburuk konflik.
Di media sosial, individu cenderung mencari kekuatan dalam jumlah, sehingga mereka merasa lebih diizinkan untuk bertindak kasar atau menyerang pihak lain yang memiliki pandangan berbeda.
Hal ini menciptakan lingkungan di mana dialog konstruktif sulit ditemukan. Tidak hanya itu, ketergantungan pada media sosial juga memainkan peran penting dalam meningkatkan konflik.
BACA JUGA:Belum Berizin, Satpol PP Segel Gedung ULP PLN
Individu yang terlalu terikat pada platform tersebut seringkali merasa tergoda untuk terus menerus memantau atau merespons setiap perdebatan atau konflik yang mereka ikuti.
Hal ini hanya memperpanjang siklus konflik tanpa solusi yang jelas. Bagaimanapun, mengatasi kurangnya kontrol diri di media sosial bukanlah tugas yang mudah.
Diperlukan kesadaran diri yang kuat terhadap emosi dan impuls, serta kemampuan untuk menetapkan batas yang jelas dalam penggunaan platform tersebut.
Pelatihan dan pendidikan tentang penggunaan yang bertanggung jawab di media sosial juga dapat membantu individu untuk mengembangkan keterampilan dalam mengelola konflik dan komunikasi secara efektif.