CIREBON - Terdapat sejumlah masjid kuno dan bersejarah dalam penyebaran atau syiar Islam di Kota Cirebon. Salah satu masjid kuno dan bersejarah tersebut yakni Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan.
Rabu (13/3/2024), di dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa terdapat bangunan menyerupai bentuk limas dengan tiga tingkat di bagian atapnya.
Meski terlihat kuno dan tua, namun bangunan ini tetap tangguh meskipun sudah melewati banyak zaman. Masjid ini dibangun pada zaman Kanjeng Sunan Gunung Jati pada tahun 1480-an.
Lebih istimewa lagi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu masjid yang dibangun oleh Wali Songo secara gotong-royong, yang konon dikerjakan hanya dalam rentang waktu semalam.
BACA JUGA:Rutin Pantau Debit Air dan Kondisi Tanggul
Gaya arsitektur masjid mengambil perpaduan gaya Jawa dan Hindu Majapahit. Masjid ini mempunyai 9 pintu sebagai jalan masuknya. Satu pintu utama dan delapan di sisi kanan dan kiri.
Pintu utama (gerbang utama) depan masjid hanya dibuka pada saat Salat Jumat dan hari besar Islam lainnya seperti Maulid Nabi, Salat Idul Fitri, dan Salat Idul Adha.
Pada zaman dulu, penduduk Cirebon menamainya Masjid Pakungwati, karena terletak dalam kompleks Keraton Pakungwati. Sekarang masjid ini terletak di depan Keraton Kesepuhan.
"Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan memang betul dibangun oleh para Wali Songo dalam tempo 1 hari 1 malam pada tahun sekitar 1480-an. Masjid ini juga dirancang anti gempa bumi oleh para wali. Kalau di Cirebon terkena gempa, masjid ini hanya merasakan getarannya saja," ungkap Kyai Haji (KH) Muhamad Jumhur, Imam Besar Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Rabu (13/3/2024).
BACA JUGA:Bupati Nina Minta Kuwu Tidak Tolak Program PTSL
Dijelaskan Ketua Penghulu Keraton Kasepuhan Cirebon ini, nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki makna tersendiri.
"Nama masjid diambil dari kata Sang, yang berarti Keagungan. Cipta artinya Dibangun, dan Rasa artinya Digunakan. Pemilihan namanya mencerminkan tingginya rasa toleransi yang ditunjukkan para Wali Songo. Mereka (para wali) tidak memilih nama yang kearab-araban.
Tetapi justru mengutamakan unsur lokal. Dengan begitu, pesan yang hendak disampaikan adalah bahwa ajaran Islam dapat mengakar dan tumbuh berkembang di tengah masyarakat Cirebon," jelasnya.
Mengenai pintu masuk ke dalam masjid berukuran kecil, KH Jumhur menerangkan, pintu itu menyimbolkan bentuk penghormatan dan merendahkan diri saat memasuki masjid.
BACA JUGA:Intensifkan Patroli di Daerah Rawan