Oleh: Siti Jubaedah
ADA saja fenomena caleg gagal dan timsesnya yang bisa kita lihat paska berlangsungnya pesta demokrasi di negeri ini. Mulai dari menarik kembali ‘pemberian’ pada masyarakat, menderita stress, dan yang paling ekstrem adalah timses yang bunuh diri sebab gagal mengantarkan calegnya menaiki “takhta” jabatan.
Sebelumnya bahkan sejumlah RS dan RSJ tengah mempersiapkan ruangan khusus untuk mengantisipasi caleg yang mengalami stres atau gangguan jiwa akibat gagal dalam kontestasi.
Kekalahan sejumlah caleg pada Pileg berdampak pada tekanan pada timses.
Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dua timses mengalami tekanan hebat hingga harus mengambil kembali amplop yang sebelumnya dibagikan kepada warga.
BACA JUGA:Luis Enrique Mulai Biasakan PSG Bermain Tanpa Seorang Kylian Mbappe
Sementara di Desa Jambewangi, Banyuwangi, seorang caleg menarik kembali bantuan paving block untuk warga karena perolehan suaranya kecil.
Lain lagi dengan yang dialami timses caleg di Desa Sidomukti, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Ia nekat gantung diri di pohon rambutan hingga meninggal dunia karena caleg yang didukungnya gagal meraih kursi anggota dewan.
Berbagai fenomena ini menggambarkan betapa jabatan menjadi sesuatu yang sangat diharapkan mengingat keuntungan yang akan didapatkan, sehingga rela ‘membeli suara’ rakyat dengan modal yang besar, sehingga jelas pemilu ini adalah pemilu yang berbiaya tinggi.
BACA JUGA:Arsenal Pesta Gol, Hajar Sheffield United 6-0
Fenomena tersebut menggambarkan lemahnya kondisi mental para caleg atau tim suksesnya, yang hanya siap menang dan tidak siap kalah. Meski belum final, tapi hasil real count dari KPU sudah nampak perolehan suara para caleg.
“Haus” jabatan jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya agar berhati-hati terhadap ambisi berkuasa ini.
Beliau bersabda dalam riwayat Bukhari: ‘Sungguh kalian akan berambisi terhadap kekuasaan, sementara kekuasaan itu berpotensi menjadi penyesalan dan kerugian pada hari kiamat.’
Rasulullah SAW mengingatkan kaum muslim akan bahaya hubb ar-ri’aasah (cinta kekuasaan). Apalagi, jika kekuasaan itu ternyata diraih dengan jalan melanggar syariat.