KUNINGAN- Museum Gedung Perundingan Linggarjati memiliki latar sejarah yang panjang. Tempat perundingan pertama antara Indonesia dengan Belanda pada 11-13 November 1946.
Luas bangunan Museum Linggarjati sekitar 800 meter persegi, dengan luas tanah 2,4 hektare. Linggarjati juga memiliki objek wisata lain seperti pemandian Linggarjati. Pengunjung bisa berenang bersama ikan besar yang biasa disebut ikan dewa.
Pada tahun 1918, Jatisem memiliki sebuah rumah sederhana di atas lahan seluas 2,4 hektare yang kemudian menjadi bangunan bersejarah sampai sekarang ini. Ny Jatisem yang menikah dengan pria Belanda bernama Tuan Tersana menggunakan bangunan dan tanah tersebut sebagai tempat tinggal. Belanda kemudian mengubahnya menjadi kantor dan rumah.
BACA JUGA:“Sikat” Alat Peraga Kampanye di Median Jalan
Pada tahun 1942, Jepang menyita tanah beserta bangunan itu. Selang 4 tahun kemudian -1946- bangunan itu berubah menjadi Hotel Merdeka dan menjadi lokasi perundingan Linggarjati karena terletak di tengah-tengah antara ibu kota Jakarta.
Hotel Merdeka dikuasai oleh Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Lokasinya di Desa Linggajati, Cilimus, Kabupaten Kuningan ini diusulkan oleh Maria Ulfah Santoso. Menteri Sosial pada saat itu. Ayah Maria Ulfah adalah mantan Bupati Kuningan.
Museum Linggarjati merupakan salah satu bangunan penting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan mencintai kemerdekaan. Tokoh sentral yang sangat berpengaruh pada masa itu adalah Bung Sjahrir. Beliau melalui kegigihan diplomasinya mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang cinta damai. (Shobilatul Fadhilah/Rafi Gigit Firmansyah/Almer Javier Tamanyira-mahasiswa)