CIREBON- Ruang kelas dan ruang laboratorium SMPN 1 Talun ambruk. Sebanyak 7 siswa terluka dan harus dibawa ke rumah sakit. Peristiwa ini menjadi perhatian karena bangunan yang ambruk itu merupakan hasil renovasi tahun 2021.
Ya, kualitas bangunan hasil rehab di tingkat pendidikan jadi perhatian banyak pihak setelah tejadi peristiwa di SMPN 1 Talun. Salah satunya dari mantan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Cirebon Drs Didin Jaenudin MM.
Didin menilai, ambruknya dua ruangan bangunan SMPN 1 Talun harus menjadi bahan evaluasi. Sebab, peristiwa serupa pernah terjadi di SMPN 2 Greged pada awal tahun 2024.
“Tidak hanya itu, kejadian sekolah ambruk pun terjadi juga di tahun-tahun sebelumnya di lokasi yang berbeda. Maka, sudah seharusnya dievaluasi secara menyeluruh untuk bangunan sekolah yang menggunakan baja ringan," kata Didin kepada Radar Cirebon, Jumat (13/12/2024).
BACA JUGA:Polri Bongkar Pabrik Narkoba di Bogor dan Bandung
Kemudian, sebelum dilakukan rehab, kata Didin, ada tim teknis yang turun ke lapangan guna melihat kondisi bangunan. Hal ini agar dalam pelaksanaan rehab bangunan sekolah sesuai rencana. “Dan yang menjadi pertanyaan, hasil survei di lapangan itu dilaksanakan tidak," tanya Didin.
Menurutnya, pihak sekolah hanya pengguna atau penerimaan manfaat. Artinya, ketika masih terjadi peristiwa bangunan sekolah ambruk, pihaknya menduga ada yang tidak sinkron antara kajian secara teknis dengan pelaksanaan rehab.
“Secara teknis mohon dikaji dengan baik dan benar. Orang teknis itu kan ahlinya. Pati-pati (tidak semata-mata) ambruk berarti ada yang tidak singkron. Maka yang perlu digaris bawahi adalah sisi teknisnya," ungkapnya.
Jika dilihat, lanjut Didin, rehab bangunan sekolah itu atapnya menggunakan baja ringan, namun genteng yang dipakai masih menggunakan tanah liat. “Genteng tanah itu kan airnya nyerep. Sementara rangka atap menggunakan baja ringan. Maka beban baja ringan bertambah," ucapnya.
BACA JUGA:Percepat Pembangunan Akses Jalan ke Stasiun Kereta Cepat Karawang
Ketika menggunakan rangka baja ringan, genteng yang digunakan sebaiknya tidak terbuat dari tanah. Tapi genteng metal yang lebih ringan. “Saya juga menyarankan kepada para sekolah harus bisa mengevaluasi, paling tidak saat mengusulkan rehab, harus diteliti dengan baik. Karena yang tahu di lapangan kondisi sekolah kan kepala sekolah," tandasnya.
Didin yang juga Kepala SMPN 1 Sumber itu berharap ke depan peristiwa bangunan sekolah ambruk tidak terjadi lagi. (sam)