Hiruk-pikuk Jalan Santai Batik Sarungan dan Person of The Year ditutup dengan rafting bersama seluruh karyawan Radar Cirebon Group di Sagara Riverside Rafting Subang, Minggu (24/12).
Rentetan agenda membuat semua jadi sibuk. Pun dengan potong tumpeng refleksi HUT ke-24 disempatkan sebelum perjalanan ke Kampung Salam, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. Yang biasanya terjadwal di Gedung Kaliandra.
Bus Bhineka sebagai pengantar datang agak terlambat. Pukul 7.40 WIB, ketika matahari kian meninggi. 10 menit berselang langsung berangkat. Perjalanan ditempuh 2 jam 45 menit.
Di tengah jalan 2 arah yang berkelok, bus parkir tepat pada sebuah tikungan menanjak. Kami semua turun. Berjalan sekitar 150 meter ke bawah. Di saung itu basecamp sebelum wahana arung jeram dimulai. Semua sibuk salin (ganti pakaian). Sementara yang lain sejak awal telah siap dengan pakaian basahnya. Kami berjalan lagi. Berkumpul dekat kolam, 100 meter dari saung itu. Yunus mengambil kendali. Ia pemandu di tempat itu.
Seorang instruktur lain membagikan 2 balon. Kami diminta untuk meniupnya. Lalu diikat di atas helm masing-masing. Balon siapa yang bertahan -tidak meletus- sampai finish dinyatakan sebagai pemenang. Saling menghancurkan balon ini bagian dari game.
Lalu kami diminta membuat lingkaran besar. Yunus di tengahnya. Ia menjelaskan aturan main selama berarung jeram. Serta memastikan semua kelengkapan -helm dan pelampung- telah terpasang dengan sempurna.
"Silakan berhitung 1 sampai 9, lalu orang berikutnya kembali ke hitungan 1 lagi," kata pria asli setempat tersebut.
Itu dilakukan untuk membagi kelompok. Mereka dengan nomor sama, dalam satu perahu karet. Satu perahu 6 orang -termasuk seorang pemandu. Ya, total 9 tim/perahu. Yunus menyebutkan nama-nama pemandu itu. Lalu masing-masing tim turun ke arah sungai. Di sana nahkoda telah menunggu.
Semua bersemangat. Trek awal yang dilalui bisa dibilang landai. Sekadar pemanasan dengan arus ringan. Tim dituntut kompak. Terutama ketika ada rintangan. Seperti batu besar atau dinding sungai. Awak perahu meski menggerakkan yang ditungganginnya ke kanan dan kiri. Perjalanan baru bisa kembali dilanjutkan.
Arus sungai yang disusuri sepanjang 8 kilometer. Waktu tempuh rata-rata 2 jam. Sekitar seperempat perjalanan, kami disuguhkan wedang bandrek. Alam Subang yang dingin membuat sajian ini terasa nikmat. Sekaligus istirahat. Foto bersama dengan pemandangan arus yang kian menantang.
Di tempat dengan tebing kanan-kiri yang tinggi itu, perang balon dimulai. Rupa-rupa alat yang digunakan untuk memecahkan. Dari bambu kecil, kayu, puntung rokok, sampai dayung untuk perahu itu sendiri. Di sini semua menjadi lebih kompetitif. Mempertahankan balon masing-masing.
Perjalanan dilanjut. Pemandangan alam Subang membuat takjub. Kami dibawa mengikuti arus sungai dengan segala keajaibannya. Hamparan sawah, aktivitas warga lokal, pohon tumbang yang melintang di antara sungai, jadi pemandangan yang jarang dijumpai. "Kalau ini namanya Air Terjun Bidadari," kata Yunus, sambil menunjuk ke objek yang dimaksud.
Rintangan yang semakin menjadi-jadi, beberapa membuat perahu karet yang ditumpangi terbalik. Atau bahkan dari mereka yang terjungkal akibat arus yang deras. Pelampung di badan cukup membantu yang tak bisa berenang. Tak ada yang cedera. Selain keseruan menikmati wahana.
Tiba di titik finish. Mobil pick up telah menunggu. Bergantian diantar ke basecamp awal. Lewat jalan perkampungan hingga jalan nasional. Kembali melewati jalan naik dan turun. Berkelok-kelok. Semua kembali berkumpul dan bersih-bersih.
Tiba waktunya doorprize. Setiap nama dipanggil. Memilih lintingan kertas pada potongan sedotan. Nomor di kertas itu dicocokkan dengan nomor pada daftar hadiah yang telah disiapkan. Mulai dari sepatu, kipas angin, setrika, uang tunai dan lainnya. Mendekati Magrib kami pulang.