CIREBON - Setiap tahun, sekitar 48 juta ton sampah sisa makanan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), termasuk di TPA Kopiluhur Kota Cirebon. Untuk itu, Pemerintah Kota Cirebon meluncurkan Gerakan Selamatkan Pangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon, Hj Elmi Masruroh SP MSi mengatakan bahwa Pj Walikota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi MSi telah mengambil langkah cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1/2024 tentang Gerakan Selamatkan Pangan.
Atas upaya tersebut, pemerintah pusat melalui Bappenas memberikan penghargaan.
“Stop boros pangan,” tegasnya.
Untuk itu, lanjutnya, diperlukan peran bersama. Termasuk di dalamnya, orangtua yang mendidik anak-anaknya agar tidak boros pangan, membentuk pahlawan pangan di sekolah, dan membentuk kader pangan di setiap kelurahan.
“Bersinergi dengan seluruh pihak terkait, kelebihan pangan yang masih layak akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Elmi Masruroh.
Ini merupakan bagian dari upaya mengakhiri kelaparan dan mencapai ketahanan pangan di Kota Cirebon.
Kepala Bidang Kerawanan Pangan DKPPP Kota Cirebon, Toto Suharto SE menjelaskan bahwa dalam kegiatan Gerakan Selamatkan Pangan, tidak hanya bahan pangan mentah yang akan didistribusikan, tetapi juga makanan jadi yang masih layak konsumsi.
Hal ini penting karena sampah makanan yang dibuang ke TPA dapat menghasilkan gas metana, yang turut memperburuk pemanasan global.
“Kader pangan akan bekerja sama dengan PKK, sedangkan pahlawan pangan akan bekerja sama dengan Disdik,” ujarnya.
Menurut Toto Suharto, food loss (makanan yang terbuang saat produksi) dan food waste (makanan yang terbuang saat konsumsi) berpengaruh besar terhadap ketahanan pangan.
Sejalan dengan itu, DKPPP mengajak seluruh elemen pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengambil langkah nyata dalam mengurangi pemborosan pangan.
Di antaranya, dengan mengambil makanan secukupnya dan memastikan tidak ada yang terbuang. (ysf)