CIREBON- Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, terjadi banyak peristiwa bersejarah di Cirebon. Di banyak peristiwa itu, Komandan “Pasukan Setan”, Machmud Datuk Pasha, hampir selalu terlibat di dalamnya.
Machmud Datuk Pasha merupakan pejuang dari Cirebon yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia adalah pendiri sekaligus komandan pertama Batalyon 315 yang kelak bermetamorfosis menjadi Batalyon Infanteri 315/Garuda yang saat ini berada di bawah Korem 061/Surya Kencana.
Batalyon 315 yang dipimpin Machmud Pasha didirikan di Cirebon pada tanggal 20 Agustus 1947. Batalyon itu terbentuk dari satu Kompi yang dikenal sebagai “Pasukan Setan”.
“Pasukan Setan” dikenal akan kepiawaian mereka dalam melakukan perang gerilya. Pasukan ini memiliki kemampuan untuk menghilang dan sulit dilacak oleh Belanda. Selain itu, pasukan ini juga memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga selalu lolos dari kepungan pasukan Belanda.
BACA JUGA:Tak Diberi Uang DP Motor, Anak di Cirebon Bakar Rumah Orang Tua
“Karena pasukan itu menyerangnya menjelang Maghrib, jadi ketika pasukan Belanda diserang, mereka melakukan umpan balik tidak bisa. Maka mereka itu disebutnya Pasukan Setan oleh Belanda," ujar Andy Machyadi Pasha, anak ke-3 Machmud Pasha, Selasa (5/11/2024).
Machmud Pasha sendiri diketahui lahir pada tahun 1923. Ia lahir di sebuah gang kecil di kawasan Pamitran, Kota Cirebon. Menurut Andy, karir Machmud Pasha di militer dimulai saat masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942.
Ia dan sejumlah rekannya bergabung dengan tentara sukarela atau tentara Pembela Tanah Air (PETA), kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang. Pada tahun 1943, Machmud Pasha memperoleh pangkat Letnan Muda setelah lulus dari Giyu Gun.
Pada 1946, ia terlibat dalam perlawanan terhadap pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Cirebon di bawah pimpinan Mohammad Joesoep dan Mr Suprapto. Selama beberapa hari, Machmud Pasha ikut dalam penyerbuan di Hotel Ribberink yang menjadi markas pasukan PKI saat itu.
BACA JUGA:Dorong Kemandirian Industri Pertahanan
Meski akhirnya pasukan PKI berhasil dilumpuhkan, namun sejumlah pasukan gabungan TRI, Polisi Tentara dan pasukan lainnya gugur. Termasuk Sersan Nursalim, adik kandung Machmud Pasha.
Pada tahun 1947, Belanda di bawah Jenderal Johannes Van Mook mengingkari Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947 mengenai status kemerdekaan Indonesia. Pengingkaran itu diikuti dengan Agresi Militer Belanda yang pertama, di mana Cirebon menjadi daerah yang mendapat oleh serangan tentara Belanda.
Serangan oleh tentara Belanda itu mendapatkan perlawanan sengit dari para Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tak terkecuali oleh Machmud Pasha yang saat itu menjadi Komandan Kompi 2 Wilayah Cirebon Timur dan Kuningan.
Pada saat Agresi Belanda yang pertama itu, serangan gerilya pasukan Machmud Pasha sangat sporadis. Ada yang menyerang di daerah Perjuangan, Kesambi, Kartini, dan sebagainya. Machmud Pasha dan pasukannya yang berjumlah sekitar 200 orang berhasil meredam serangan serdadu Belanda di sejumlah wilayah.
BACA JUGA:AKMI Suaka Bahari-KSOP Cirebon Luncurkan Aplikasi Si-Kemal