Desa Jabranti, Kecamatan Karangkancana, Kabupaten Kuningan merupakan desa yang lokasinya berada tepat di perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desa ini dihuni sebanyak 2.717 jiwa, dengan rata-rata mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani dan berkebun. Namun ada juga yang memilih berdagang, dan mengambil hasil hutan bukan kayu seperti madu,dan jamur.
“Desa Jabranti dikelilingi oleh hutan sehingga di desa tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Juga memiliki peninggalan-peninggalan sejarah dan situs budaya yang masih terjaga. Sehingga memiliki potensi yang besar untuk menarik para wisatawan, serta minat khusus seperti bird watching, herping, eksplorasi pohon langka dan wisata religi,” ujar Ketua Umum Mahasiswa Kehutanan Pencinta Alam (Mahakupala) Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Kuningan Fahri Syah Richard, dan Ketua Pelaksana Ormawa Mahakupala Mardiatul Fauzian didampingi Seksi Humas Unan Nur Abain, kemarin.
Pihaknya melihat bahwa dari potensi yang besar tersebut bisa menjadi suatu pengelolaan bagi masyarakat. Maka dari itu, pihaknya mengajukan usulan ke Belmawa Dikti. Yakni dalam program penguatan kapasitas organisasi kemahasiswaan melalui perintisan desa hutan sebagai destinasi wisata minat khusus untuk menambah perekonomian masyarakat Desa Jabranti.
“Dalam pelaksanaan perintisan wisata edukasi minat khusus ini, kami melakukan sebuah riset terlebih dahulu yang tentunya dilakukan di hutan Desa Jabranti. Di mana kegiatan inventarisasi ini dilakukan untuk menggali potensi kanekaragaman hayati flora dan fauna serta kearifan lokal yang ada di Desa Jabranti. Yang nantinya akan menjadi sebuah data yang bisa dipasarkan pada wisatawan minat khusus,” papar dia.
BACA JUGA:Dirahmati Siapkan Program untuk Kelompok Rentan Lansia
Menurut dia, selain keanekaragaman Hayati, Di Desa Jabranti terdapat tiga situs budaya yang sangat terkenal di kalangan pecinta wisata minat khusus. Yaitu adanya situs Batu Naga, Lulumpang, dan Batu Kuta Tingkem. Ketiga situs tersebut memiliki cerita dan nilai-nilai budaya yang berbeda-beda. Hal ini yang mendasari adanya kearifan lokal yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Jabranti yang masih terjaga.
“Situs-situs budaya dan peninggalan sejarah di Desa Jabranti ini memiliki peranan penting dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap sejarah dan tradisi lokal. Sehingga mempertahankan dan melestarikan situs-situs ini sangat krusial bagi mereka. Karena menurut masyarakat dan penikmatnya, hal itu bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi simbol identitas dan nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun,” tegas Mardiatul Fauzian.
Keberadaan situs-situs tersebut mengandung nilai sejarah dan spiritual yang mendalam. Serta memperkaya pemahaman masyarakat tentang akar budaya mereka dan bisa menarik para wisatawan minat khusus. “Untuk mendukung sebuah keberlanjutan di Desa Jabranti, kami dari Mahakupala membentuk kelompok pengelola yang terdiri dari masyarakat Desa Jabranti, yang dinamakan kelompok Giri Sukmana,” tambah dia.
Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia, meningkatkan partisipasi masyarakat, serta mengembangkan potensi desa secara berkelanjutan. Kelompok Giri Sukmana akan fokus pada pengelola wisata edukasi minat khusus serta pengembangan ekonomi melalui pengelolaan hasil hutan bukan kayu asli dari hutan di desa tersebut.
BACA JUGA:Cabup Ridho Awasi Politik Uang Jelang Pencoblosan
“Melalui kolaborasi dan kerja sama antar anggota, kami berharap dapat menciptakan solusi yang inovatif dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Jabranti. Dengan dukungan semua pihak, kami optimis kelompok ini dapat memberikan dampak positif,” sebut mereka kompak.
Adapun sarana prasarana itu berupa pos pengelola yang dibangun bersama-sama dengan masyarakat dilengkapi dengan seperangkat alat inventarisasi. Tujuannya untuk kebutuhan pengelolaan sumber daya alam atau wisata edukasi minat khusus ini. “Semua fasilitas ini di rancang untuk meningkatkan pengalaman wisatawan, mendorong kunjungan yang lebih banyak, dan membantu masyarakat desa dalam mempromosikan potensi lokal yang mereka miliki,” pungkasnya. (ags)