Beliau bertahan hidup dengan mencari uang sendiri, seperti: memberikan les privat, jualan donat (makanya disebut Mba Devi donat), dan jualan kerajinan yang dititipkan ke toko-toko di Bandung.
Terkadang kalau tidak punya uang untuk beli makanan, beliau diajak temannya makan di kondangan gelap (tidak diundang ke acara pernikahan tersebut, tapi tetap datang).
Setelah lulus dari ITB, Mba Devi cerita ke Pak Santoso kalau dirinya ingin dibuang ke pedalaman. Ingin mengajar baca, tulis, dan ngaji.
Dirinya ingin merasakan kehidupan yang tak biasa. Di tahun 2011 pernah setahun jadi guru SD di pedalaman Lampung.
BACA JUGA:Suhu Panas Ekstrem di Cirebon hingga Akhir Oktober, BMKG: Akibat Peralihan Musim
Bukan jadi guru sembarangan, beliau sukses membawa murid-muridnya Olimpiade Sains sampai Jakarta. Setelah itu, beliau menerima tawaran pekerjaan yang lebih baik dari dosennya.
Di tahun 2019, beliau membeli dua rumah kembar di Bandung dan membawa ayah dan ibunya ke sana. Lalu, beliau lulus program Magister Teknik Kelautan ITB pada tahun 2022 lalu.
Saat ini, Mba Devi mempunyai jabatan sebagai project manager. Menangani proyek-proyek besar Indonesia. Ke depannya, Mba Devi ingin menjadi dosen non-PNS di ITB dan ada keinginan untuk melanjutkan ke jenjang S3.
Ketika diwawancarai oleh salah satu stasiun televisi, beliau mempunyai motto dalam hidup: Pendidikan Mengubah Kehidupan.
BACA JUGA:Pilkada Serentak 2024, Logistik Surat Suara Telah Diterima KPU Kabupaten Cirebon
Dari kisah Mba Devi Donat ini, kita bisa belajar bahwa pendidikan memang bisa mengubah kehidupan kita. Saat ini banyak beasiswa universitas menanti.
Kuncinya adalah satu, yaitu mau belajar sungguh-sungguh untuk mencapai kesuksesan. (*)
*Penulis adalah Guru SD di SD Kristen Terang Bangsa Cirebon