Di samping itu, literasi digital yang rendah pada sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi salah satu pemicu mudahnya terprovokasi.
Hal ini menyulitkan mereka untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks.
Kondisi ini membuat masyarakat lebih rentan terhadap manipulasi informasi.
Ajuba menambahkan bahwa pada pemilu sebelumnya juga banyak ditemukan akun palsu yang menyebarkan hoaks dan kampanye hitam.
Apalagi pada Pilkada kali ini, ketegangan antara lawan politik diperkirakan akan memanas di media sosial.
"Pada beberapa pemilu sebelumnya, ditemukan penggunaan bot dan akun palsu yang secara otomatis menyebarkan hoaks dan kampanye hitam," bebernya.
BACA JUGA:Debat Kandidat Pilkada Kota Cirebon: Harus Cari Hotel Lain
Menurut dia, hal ini memungkinkan penyebaran informasi palsu secara masif dengan cepat.
Di era digital yang semakin canggih ini, Pilkada sering kali memicu ketegangan politik, terutama di daerah dengan persaingan yang ketat.
Para pendukung fanatik dari berbagai kandidat mungkin lebih mudah terjebak dalam penyebaran hoaks atau kampanye hitam untuk memenangkan kandidat yang mereka dukung. (ono)