Amal yang Tak Jelas

Kamis 19 Sep 2024 - 20:11 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

JAGA NIAT

Seseorang bertindak boleh jadi dipicu dan dipacu oleh berbagai macam masalah. Seorang bapak bekerja dengan serius dan semangat karena bertanggungjawab pada keluarga. Seorang siswa berangkat sekolah karena diperintah orang tuanya, atau karena untuk mendapatkan uang jajan. 

Seorang PNS bekerja karena sudah membuat perjanjian dengan pemerintah. Sorang buruh bekerja giat dan semangat karena merasa diawasi oleh atasannya. Seorang memberi uang melihat kasihan pada seorang pengemis. Pemicu dan pemacu itu boleh saja bermacam-macam. Namun yang harus dijaga adalah segala sesuatunya dipersembahkan untuk Allah SWT. 

Persembahan ini dilakukan sejak awal pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan harus dijaga secara konsisten. Bahkan ketika perbuatan itu sudah selesai, kita harus tetap menjaga itu. Seseorang yang telah memberikan sesuatu kepada orang lain, tidak boleh mengungkap-ungkap pemberian itu atau bahkan menyakiti orang yang menerima pemberian itu, baik pada saat memberi atau sesudah memberi.

BACA JUGA:Bincang Bisnis Lebih Intim lewat Afternoon Tea

Keterjagaan niat itu bagaikan orang salat. Seseorag yang berencana akan keluar dari salat, maka salatnya otomatis batal walaupun kita masih dalam kondisi salat. Begitupun, ketika seseorang menggantungkan untuk memutus niat salat pada sesuatu, misalnya: saya akan membatalkan salat apabila tamu datang. 

Maka, salat langsung batal walaupun tamu yang kita tunggu belum datang. Idealnya niat itu terus terjaga. Namun untuk menjaga niat tersebut sangatlah sulit.

Banyak potensi manusia yang dapat menimbulkan pembelokan niat. Semua bersumber dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Potensi itu sangat nyata dan tumbuh seakan sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh manusia. Potensi godaan dari diri sendiri sangat banyak. Ini berkaitan dengan penyakit hati.

Semua penyakit hati bermula dari merasa memiliki kekuatan dan lupa pada kekuatan Allah. Dasar itu akan memunculkan sifat sombong (takabbur), ria (ingin dipuji), ujub (membanggakan diri) dan penyakit hati lainnya. Untuk mengalahkan sifat-sifat tersebut yang muncul sebelum, ditengah dan setelah melakukan amalan sesuatu, perlu kiranya diupayakan dengan melalui pendalaman ilmu pengetahuan.

BACA JUGA:Harga Kebutuhan Pokok Stabil

Selain itu, ucapkan basmalah tiap kali hendak malakukan sesuatu. Basmalah diucapkan sepenuh hati dengan disadari bahwa segala upaya baik yang bersifat ibadah atau terhindar dari maksiat adalah atas dasar petolongan Allah. Menghadirkan Allah dan terus mengingatNya dalam setia kegatan kita, semoga mampu meredam berbagai penyakit hati yang membelokkan arah niat kita. 

Setelah mengucapkan basmalah, Ucapkan niat dengan sepenuh hati, yaitu berniat di hati dengan diikrarkan melalui lisan untuk menyatukan hati dan gerak agar terus diusahakan segala kegiatan diperuntukkan Allah SWT semata. Niat dilaksanakan saat anggota tubuh digerakkan untuk melakukan suatu amalan. Jaga niat ini hingga tak terbatas waktunya.

Termasuk hal yang perlu diwaspadai adalah keinginan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu karena menghindari dari riya. Seorang tidak mau melakukan sesuatu karena takut dilihat orang (riya) adalah riya. Ketakutannya tidak berdasarkan perintah Allah.

Begitupun orang yang berbuat sesuatu dalam rangka menghilangkan pujian dari orang (riya), adalah riya. Maka segala sesuatu dilakukan bukan atas dasar manusia, tapi atas dasar perintah atau disembahkan kepada Allah SWT. 

BACA JUGA:Perceraian Peringkat Kelima di Jawa Barat

Semoga dengan ilmu pengetahuan yang luas, praktek ibadah yang benar dan selalu diawali dengan basmalah dan niat yang benar, perbuatan kita dialamatkan hanya kepada Allah SWT sehingga tidak salah alamat dan tentunya diterima oleh Allah SWT. Amiin Ya Rabbal Alamin. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait